“ChatGPT dapat menjadi alat pembelajaran yang berguna hanya jika siswa telah menguasai konsep dasar dan kemampuan berpikir. Di dunia yang terus berkembang, kita juga harus mengajari siswa kita belajar dan bekerja dengan alat-alat masa kini, tak ubahnya seperti dengan kemunculan awal kalkulator dulu,” ujar Chun Sing.
Berbeda dengan Prancis. Salah satu universitas terbaik di Prancis, French University Sciences Po justru tegas melarang mahasiswa menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas akademik mereka.
Baca Juga:
OpenAI Rilis GPT-4o Gratis: AI Terbaru dengan Performa Cepat dan Humanis
Pelanggaran terkait itu dikategorikan sebagai penipuan dan plagiarisme menurut laporan Erudera.com. Sanksi terberat dikeluarkan dari universitas.
"Tanpa referensi transparan, mahasiswa dilarang menggunakan perangkat lunak untuk produksi karya tulis atau presentasi apa pun, kecuali untuk tujuan kursus tertentu, dengan pengawasan pemimpin kursus," tertulis dalam pernyataan resmi universitas tersebut.
Sejumlah perguruan tinggi dunia juga sedang menyusun kebijakan terkait penggunaan chatbot tersebut. Termasuk di Amerika Serikat dan Australia.
Baca Juga:
3 Pekerjaan Paling Kebal AI, Diungkap Pendiri Microsoft
Sejatinya, perguruan tinggi tidak dapat lepas dari persaingan masa depan terutama dalam hal teknologi. Perguruan tinggi sebaiknya menerima bahwa alat kecerdasan buatan akan terus berkembang dan menjadi semakin penting dalam berbagai disiplin ilmu.
“Perguruan tinggi perlu mengeluarkan pedoman yang lentur dan luas. Evolusi teknologi tidak dapat dihentikan dan selalu menimbulkan rangkaian kelanjutan,” imbuh Fuad. [Tio/Ant]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.