“Ini karena ChatGPT memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan dengan akurasi yang tinggi dan mengambil informasi dari sumber daya eksternal, seperti Wikipedia. Selain itu, ChatGPT juga dapat digunakan untuk menerjemahkan teks dari satu bahasa ke bahasa lain dengan akurasi yang baik serta memiliki kemampuan untuk menyelesaikan teks yang tidak lengkap dengan menggunakan konteks dan informasi yang diberikan,” ujar Prof. Riri.
Meski demikian, ada sisi gelap dari penggunaan ChatGPT yang juga harus diperhatikan, seperti misinformation, disinformation, dan malinformation yang berdampak pada persoalan hukum dan etika.
Baca Juga:
Universitas Indonesia Juara Kompetisi Essay dalam Ajang Pertamina Goes To Campus 2024
Bahkan, persoalan hukum yang bertingkat pada level kebijakan global dan nasional sudah diidentifikasi. Beberapa dampak buruk penggunaan ChatGPT adalah akurasi yang tidak 100 persen karena data yang diambil dari internet kurang lengkap. Ketidaklengkapan ini bisa disebabkan kurangnya konteks.
Menurut Guru Besar Fasilkom UI, Prof. Dr. Wisnu Jatmiko, M. Kom.Eng., ChatGPT cerdas, tetapi dapat salah memahami konteks sehingga menghasilkan output yang tidak benar. ChatGPT dilatih dengan data, dan jika data tersebut bias, mesin juga akan bias.
Selain itu, pemanfaatan ChatGPT yang kurang tepat juga dapat menumpulkan pemikiran kritis mahasiswa. Padahal, salah satu hal paling berharga yang dapat dikembangkan oleh siswa adalah pemikiran kritis.
Baca Juga:
Menteri Bahlil Soal Moratorium Gelar Doktor: Yang Saya Tau Bukan Ditangguhkan
“Jika jawaban dari seluruh pertanyaan selalu tersedia di ujung jari mereka, mereka merasa tidak perlu berpikir sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa meminta ChatGPT untuk menuliskan esai untuk mereka, hal itu tidak hanya membuat kurangnya pemikiran asli, tetapi juga merupakan bentuk plagiarisme,” ujar Prof. Wisnu.
Melihat sisi terang dan gelap dari penggunaan ChatGPT, Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, Dr. Fuad Gani, S.S., M.A., menyebutkan perlunya bersikap bijak dalam memanfaatkan ChatGPT.
Perguruan tinggi tidak dapat lepas dari persaingan masa depan, terutama dalam hal teknologinya, sehingga harus tetap berusaha untuk menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan masa depan.