Persentase pemuda berusia 15-24 tahun yang merupakan NEET di Indonesia mencapai 22,25% dari total populasi mereka secara nasional.
Sementara itu, pada saat yang hampir bersamaan dengan fakta ini terungkap, mahasiswa di beberapa perguruan tinggi negeri sedang menghadapi ketegangan akibat keputusan pemerintah untuk menaikkan biaya UKT. Kenaikan ini menimbulkan gelombang protes yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Baca Juga:
Aldy Anzary Hutabarat Sesalkan Kericuhan Jelang Pilkada Subulussalam 2024
Dalam menanggapi protes ini, Abdul Haris, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menyatakan bahwa biaya kuliah di perguruan tinggi negeri, meskipun tinggi, masih lebih terjangkau dibandingkan dengan perguruan tinggi swasta (PTS).
Maliki mengatakan meski biaya pendidikan cukup penting, namun ada faktor lain yang juga harus ditekankan untuk mengatasi pengangguran di anak muda. Dia bilang faktor itu adalah motivasi diri yang lebih penting.
Maliki berkata anak-anak muda diharapkan sudah mengetahui tujuan hidupnya ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja.
Baca Juga:
Gen Z dan Milenial Jadi Penyebab Utama Kredit Macet Pinjol, OJK Beri Peringatan Khusus
Misalnya ketika seseorang menempuh pendidikan vokasi, dia mengatakan orang tersebut harus sudah tahu bahwa mereka ingin langsung bekerja.
Maliki beranggapan biaya pendidikan murah akan percuma, apabila para peserta didik masih linglung dengan apa yang mereka sebenarnya inginkan. Dia khawatir nantinya mereka hanya ikut-ikutan tren untuk masuk ke perguruan tinggi.
"Akhirnya keahlian yang dimiliki tidak optimal dan akhirnya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan dunia kerja," kata dia.