WahanaNews.co | Peluang menjadi guru di Australia sangat terbuka baik untuk lulusan dari universitas Australia maupun dari luar Australia, termasuk lulusan dari universitas di Indonesia.
Tentu, calon guru tersebut harus memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk bisa memperoleh izin mengajar di sekolah Australia.
Baca Juga:
Australia Mau Larang Anak di Bawah 16 Tahun Main Medsos, Ini Alasannya
Demikian disampaikan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra saat melakukan kunjungan kerja (Kunker) dan berdiskusi dengan pimpinan Australia Institute for Teaching and School Leadership (AITSL) di Victoria, Australia pada Senin (24/7/2023).
Dalam kunjungan tersebut, Atdikbud Mukhamad Najib diterima Chief Executive Officer (CEO) AITSL, Mark Grant dan tiga staf yang berhubungan dengan asesmen keterampilan dan mobilitas guru.
Dalam diskusi terungkap, banyak sekolah di Australia membutuhkan guru, termasuk guru bahasa Indonesia. Namun, seringkali sekolah kesulitan memperoleh guru, khususnya guru bahasa Indonesia.
Baca Juga:
Program CSR Akar Basah PEP Tarakan Field Dapat Perhatian APOGCE 2024
Menurut Atdikbud Najib, salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk mengisi kekurangan guru bahasa Indonesia di Australia adalah dengan mengirim guru dari Indonesia.
“Di Indonesia kita memiliki program studi Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), sehingga sangat tepat jika mereka bisa mengajar di Australia. Permintaannya ada, penyedianya juga ada, tinggal bagaimana memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh pemerintah Australia. Saya yakin lulusan fakultas pendidikan kita mampu memenuhi persyaratan untuk bisa menjadi guru di Australia,” kata Najib, dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa (25/7/2023).
Atdikbud sangat mendorong agar guru-guru BIPA bisa mengajar di Australia, baik dalam kerangka program mobilitas guru yang waktunya singkat ataupun menjadi guru tetap di sekolah-sekolah Australia.
Hal tersebut sangat bermanfaat bagi guru yang bersangkutan, bagi sekolah di Australia maupun bagi pengembangan bahasa Indonesia di Australia secara keseluruhan.
Sementara itu, CEO AITSL, Mark Grant, menyampaikan, pada dasarnya kesempatan guru-guru dari berbagai negara, termasuk guru dari Indonesia untuk bisa mengajar di Australia sangat terbuka.
Sekolah-sekolah Australia saat ini banyak membutuhkan guru yang berkualitas, bukan hanya untuk pelajaran bahasa Indonesia, tapi juga untuk pelajaran-pelajaran lain.
“Sepanjang guru-guru dari luar negeri, termasuk dari Indonesia memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan di Australia, maka peluang mereka sangat terbuka untuk mengajar di sekolah-sekolah Australia. Terlebih lagi jika mereka bersedia mengajar di sekolah yang berlokasi di remote area,” tutur Mark.
Persyaratan umum bagi guru dari luar negeri untuk bisa memperoleh izin mengajar di Australia antara lain memiliki latar belakang pendidikan yang relevan, dalam hal ini sarjana pendidikan dan atau lebih baik lagi jika memiliki master pendidikan.
Nantinya, menurut Mark, ijazah dan bukti kompetensi sebagai guru akan dievaluasi dan memperoleh pengakuan dari lembaga yang memiliki otoritas di masing-masing negara bagian.
Mark juga menambahkan bahwa untuk mengajar bahasa Asing seperti bahasa Indonesia di sekolah Australia, tentunya native speaker dari Indonesia tidak ada masalah dengan kompetensi kebahasaannya.
Namun begitu, terdapat aturan-aturan lain yang harus dipenuhi untuk bisa mengajar di sekolah, seperti kemampuan bahasa inggris yang memadai untuk bisa mengajar anak-anak, yang dibuktikan dengan nilai IELTS.
Selain itu seseorang yang akan mengajar di sekolah Australia juga harus memiliki surat Working with Children atau Working with Vulnerable People yang dikeluarkan pemerintah Australia.
Sebagai informasi, izin mengajar di Australia dikeluarkan oleh lembaga berwenang di masing-masing negara bagian.
Contohnya, di negara bagian Victoria, seorang calon guru harus mengajukan surat izin mengajar ke Victoria Institute of Teaching (VIT), sementara di negara bagian New South Wales calon guru bisa mengajukan surat ke NSW Education Standards Authority (NESA), dan di Canberra bisa mengajukan ke ACT Teacher Quality Institute (TQI).
[Redaktur: Zahara Sitio]