Namun, saat di kelas XII, ketika siswa mengubah pilihan ke jurusan teknik, ia kesulitan karena tidak memiliki dasar fisika.
“Dengan contoh, jika siswa yang memilih kedokteran dapat melepaskan fisika, dan konsentrasi pada biologi dan kimia. Namun persoalan yang sering muncul adalah ketika pilihan profesi siswa bisa saja berubah di kelas XII menjadi teknik, sedangkan dalam 2 atau 3 semester sebelumnya, mereka tidak mempelajari fisika,” jelasnya.
Baca Juga:
Maudy Ayunda Puji Inovasi Digital dalam Sistem Pembelajaran Modern
Heriyanto juga menyoroti ketidaksesuaian antara sistem pendidikan di SMA dengan perguruan tinggi.
Ia menegaskan bahwa sebagian Perguruan Tinggi Negeri (PTN) masih mewajibkan mahasiswa baru untuk mengikuti perkuliahan dasar seperti fisika, kimia, dan biologi, meski jurusannya bukan teknik.
“Sehingga mata pelajaran tersebut, tetap diajarkan sebagai bekal di PTN nantinya, termasuk untuk pilihan IPS. Karena apabila siswa yang memiliki cita-cita menjadi akuntan dapat melepaskan geografi atau sosiologinya. Namun apabila berubah menjadi ahli hukum diberikan syarat kedua pelajaran tersebut akan dipelajari saat di perguruan tinggi,” ujar Heri.
Baca Juga:
Bupati HST Samsul Rizal Dapat Dukungan Dana Rp36 Miliar untuk Perbaikan Sekolah
Hal senada disampaikan oleh Guru Geografi SMA Pangudi Luhur II Servasius Bekasi, Ignasius Sudaryanto.
Ia mengungkapkan bahwa siswa sering mengalami kebingungan dalam menentukan mata pelajaran peminatan, yang berdampak pada ketidaksesuaian saat masuk ke perguruan tinggi.
"Akan tetapi juga ada mata pelajaran yang kelebihan minat siswa. Saya sangat setuju kalau penjurusan/pemilihan mata pelajaran dikembalikan seperti dulu yaitu jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Hal ini akan membuat siswa lebih fokus belajar, dan sekolah lebih mudah mengelola tenaga pendidik,” tutur Sudaryanto.