WahanaNews.co, Jakarta - Kemanusiaan adalah hal yang sangat penting di era penuh konflik saat ini dan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) memandang pendekatan kemanusiaan yang holistik, mulai dari lapangan hingga ke ranah diplomasi sangatlah penting.
Dalam Seminar Public Lecture bertema 'A Humanitarian Approach From Field to Diplomacy' yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Moestopo utnuk meningkatkan Akreditasi Prodi HI menuju Unggul, Regional Humanitarian Affairs Advisor di International Committee of the Red Cross (ICRC), Masayoshi Mita memaparkan bagaimana kegiatan kemanusiaan ICRC diimplementasikan di lapangan dan bagaimana diplomasi memainkan peran kunci dalam mendukung upaya kemanusiaan.
Baca Juga:
Akreditasi Unggul, FKG Universitas Moestopo Telah Hasilkan 4.721 Dokter Gigi
Masayoshi Mita lalu membagikan pengalaman dan wawasan tentang bagaimana pendekatan kemanusiaan diterapkan di lapangan. Ini mencakup tantangan, strategi, dan hasil yang dicapai dalam melindungi dan membantu mereka yang membutuhkan dalam konteks konflik bersenjata.
Pada kegiatan kemanusiaan, lanjut Masayoshi Mita, banyak aktor bisa berperan mulai dari organisasi regional dan internasional, pemerintahan, NGO, pihak swasta, hingga individu-individu yang berkomitmen membantu saat bencana kemanusiaan terjadi saat konflik bersenjata, bencana, pandemi.
"Diplomasi memegang peranan penting dalam menjamin keberlanjutan dan keberhasilan upaya kemanusiaan. Kerjasama internasional, negosiasi, dan diplomasi menjadi kunci dalam memastikan bahwa bantuan kemanusiaan mencapai sasaran dengan efektif dan efisien," lugasnya, Jumat (10/11/2023).
Baca Juga:
Kejaksaan Agung dan FIKOM Universitas Moestopo Jajaki Kerjasama Strategi Komunikasi Publik
Seminar yang masuk dalam agenda Meet d'Ambassador Program, Humanity Series, dari Prodi Hubungan Internasional FISIP Universitas Moestopo ini digelar untuk memastikan integritas tanggapan kemanusiaan dengan memperlakukan masalah kemanusiaan sebagai satu kesatuan yang terintegrasi. Dengan demikian, tanggapan tersebut dapat berlangsung secara berkesinambungan tanpa terfragmentasi.
Pada kesempatan yang sama Kaprodi HI Universitas Moestopo, Nadirah, memaparkan bila pendekatan kemanusiaan yang holistik mencakup pengelolaan konflik dan negosiasi. Ini adalah elemen penting dalam situasi di mana konflik bersenjata atau krisis politik dapat menjadi penghalang utama terhadap bantuan kemanusiaan yang efektif.
"Ranah diplomasi memberikan alat untuk memperbaiki dan merombak struktur yang mendasari masalah kemanusiaan. Diplomasi membuka pintu untuk negosiasi dan kerjasama internasional yang dapat menghasilkan perubahan struktural dalam menanggapi akar penyebab krisis kemanusiaan," jelas Nadirah.
Lebih lanjut Nadirah mengatakan dengan memadukan kerja lapangan dan diplomasi, sumber daya dapat dioptimalkan dengan lebih efisien. Keputusan dan strategi dapat diambil berdasarkan pemahaman yang lengkap dari tantangan di lapangan dan dampak kebijakan di tingkat diplomatik.
Pendekatan yang mencakup ranah diplomasi dapat menciptakan dampak jangka panjang dengan mengatasi akar penyebab krisis kemanusiaan. Bukan hanya memberikan bantuan jangka pendek, tetapi juga bekerja menuju solusi berkelanjutan.
"Diplomasi memungkinkan kerjasama dan koordinasi internasional yang lebih baik. Dengan bekerja sama dengan negara-negara dan lembaga-lembaga lain, tanggapan kemanusiaan dapat menjadi lebih efektif dan memiliki dampak yang lebih besar," tutup Dekan FISIP Universitas Moestopo, Dr. Budi Harsono.
[Redaktur: Amanda Zubehor]