Ia menyarankan, agar persoalan Jalur Mandiri ini harus segera diselesaikan. Terlebih lagi PTNBH memiliki keleluasaan merekrut mahasiswa baru dari Jalur Mandiri hingga 50 persen dari total kuota maba.
"PTN sampai 15 Agustus itu masih memungkinan menerima mahasiswa baru di Jalur Mandiri, sepanjang kuota 50 persen tersebut belum tercapai, utamanya di PTNBH, bagi mereka (PTNBH) ini luar biasa kesempatannya," kata Fasli.
Padahal, kata Fasli, dahulu cita-cita PTN itu diperuntukkan menerima anak berbakat dan terbaik tanpa melihat latar belakang dan daerahnya.
PTN juga harusnya menerima anak pintar yang secara kognitif dan dites UTBK-nya.
"Harusnya proporsi ini (SNBT) kan yang besar. Nah kenapa sekarang dibalik, anak kaya kurang pintar malah bisa dinegosiasikan (di Jalur Mandiri)," kata Fasli.
Ia meminta agar ke depan tujuan didirikannya PTN ini harus kembali diluruskan.
Baca Juga:
Program Beasiswa Kuliah Anak Transmigran dari Kemendes PDTT
"Itu kan berarti kebiasaan baru kita, kita ubah. Kita tidak melihat jadi the loser ya. Tapi tujuan PTN ini apa? Yang kaya tidak pintar dapat lari ke Mandiri. Jadi yang ke kita (PTS) itu yang bodoh, yang kurang pintar, dan miskin," sesal Fasli.
Padahal sebagaimana diketahui, PTS merupakan lembaga pendidikan tinggi yang didirikan dan dikelola masyarakat secara mandiri.
Tidak seperti PTN mendapat pembiayaan dari negara, sehingga Fasli meminta pemerintah memberikan perhatian kepada PTN dan PTS secara berkeadilan dan bermartabat.
Senada dengan Fasli, Wakil Bendahara II Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Muhammad
Muchlas Rowi juga menyampaikan keluhan serupa.
Ia meminta PTN fokus pada rekrutmen mahasiswa baru yang menggunakan sistem seleksi berdasarkan prestasi, baik itu SNBP maupun SNBT.
Sebab menurutnya, dalam Jalur Mandiri sangat minim transparansi.
Baca Juga:
PLN UID S2JB Gelar Ranger Bootcamp Untuk Perkuat Sinergi Demi Pelayanan Yang Lebih Baik
"Kita tidak melihat ada transparansi dalam penerimaan di Jalur Mandiri. berapa sih kuotanya? Sehingga ketika anak saya misalnya tidak lulus di jalur prestasi, akhirnya dia bilang 'ah gampang. Nanti ada Mandiri'," jelas Muchlas.
Keberadaan Jalur Mandiri ini membuat PTS kesulitan melalukan perencanaan penerimaan mahasiswa baru.
"Jadi tidak ada transparansi itu. sehingga kami mau merencanakan bagaimana? kalau semuanya diambil, terus kami gimana? Ini yang perlu menjadi concern kita bersama untuk mengawasi pelaksanaannya," tutup Muchlas.
[Redaktur: Zahara Sitio]