“Saya direncanakan untuk ikut PON 2024 di Aceh, saya harus mempersiapkan diri untuk Babak Kualifikasi PON bulan September 2023 nanti dan kebetulan dapat tempat latihan di München sejak September 2022. Selama latihan, ada pelatih yang memperhatikan dan menilai performa saya bagus. Atas dasar itulah saya ditawari untuk gabung dengan tim WG München 66,“ jelas Ken.
Persiapan Ken mengikuti pertandingan ini terbilang singkat. Pasalnya, mahasiswa Teknik Mesin Technische Universität (TU) München itu perlu menjalankan program praktikum di salah satu perusahaan plat merah di Indonesia selama dua bulan.
Baca Juga:
Jumlah Mahasiswa Indonesia di Inggris Terus Meningkat
Namun, mahasiswa semester empat yang berhasil menyumbangkan poin sebesar 61,150 kepada timnya dan menjadi yang tertinggi di timnya.
Ken yang telah menggeluti cabang olahraga gimnastik sejak usia 10 tahun itu harus bertanding menggunakan alat lainnya lantaran rekan setimnya mengalami cedera sebelum pertandingan dimulai.
"Sebelumnya saya hanya perlu bertanding menggunakan 3 alat saja. Tapi karena ada yang cedera sebelum pertandingan, saya pun harus bertanding menggunakan 4 alat, dan saya pun harus menggantikan dia,“ kata Ken.
Baca Juga:
Ida Nasution Adalah Presiden Mahasiswa Indonesia Pertama
“Pada hari H rekan tim saya juga ada yang cedera, terpaksa saya harus menggantikan dia,“ beber pria asal Jakarta itu.
Konsekuensinya, Ken harus menggunakan 5 alat selama bertanding. Meskipun kejadian itu tidak disangka oleh Ken, ia dapat mencetak skor terbaik.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris I PPI Munich Celine Widagdo merasa kagum atas pencapaian yang diraih oleh Ken.