WahanaNews.co | Untuk menjajaki peluang kerjasama dengan universitas-universitas di Sydney, Australia, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi wilayah V (LLDIKTI-V), Prof Aris Junaedi mengunjungi negara itu pada Selasa (30/05/2023).
Dalam kunjungan tersebut kepala LLDIKTI-V bersama Rektor AMIKOM University, Prof M Suyanto didampingi Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, Mukhamad Najib.
Baca Juga:
Program Beasiswa Kuliah Anak Transmigran dari Kemendes PDTT
LLDIKTI merupakan lembaga di bawah Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang bertugas mengkoordinir dan membina perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia.
Dahulu lembaga ini lebih dikenal dengan sebutan Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS). LLDIKTI V melingkupi PTS di wilayah Yogyakarta yang berjumlah lebih dari 100 kampus PTS.
Selama di Sydney, Kepala LLDIKTI dipertemukan dengan pimpinan University of Sydney dan University of New South Wales.
Baca Juga:
PTS Keluhkan Penurunan Jumlah Mahasiswa Baru
Keduanya merupakan kampus top dunia dengan jumlah mahasiswa yang sangat banyak. Sebagai contoh, University of Sydney memiliki jumlah mahasiswa sebanyak 75 ribu, dengan 45 persennya adalah mahasiswa internasional.
Kedua universitas ini juga sama-sama mengembangkan pendidikan dan penelitian yang komprehensif lintas disiplin.
Aris Junaedi yang juga guru besar di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan, tujuan mendatangi kedua kampus top di Sydney adalah ingin mengajak keduanya berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di perguruan tinggi swasta Indonesia, khususnya di wilayah Yogyakarta.
“Selama ini PTS masih belum banyak yang bisa melakukan internasionalisasi, padahal saat ini hal tersebut sudah seharusnya dilakukan. Dalam hal ini LLDIKTI V memiliki program untuk bisa mendorong PTS di wilayah Yogyakarta untuk bisa bekerjasama dengan universitas di luar negeri, termasuk di Australia. Oleh karena itu, LLDIKTI V berharap Atdikbud Canberra bisa melakukan pendampingan bagi PTS yang ingin melakukan internasionalisasi,” ungkap Aris.
Merespons hal tersebut, Atdikbud Canberra, Mukhamad Najib menyatakan kesiapannya untuk membantu dan memfasilitasi PTS di Indonesia untuk “Go International”.
Menurut Atdikbud Najib, salah satu tugas penting Atdikbud adalah meningkatkan kerjasama pendidikan antara Indonesia dan Australia.
Dalam hal ini, Atdikbud tidak membeda-bedakan universitas negeri maupun swasta, semua mendapat kesempatan yang sama untuk bisa berhubungan dan bekerjasama dengan universitas di Australia.
“Tentu kami dengan senang hati akan memfasilitasi PTS di Indonesia yang sudah siap ‘Go International’ untuk bisa terhubung dengan universitas di Australia. Di tengah globalisasi yang tidak mungkin dihindari, kami berpandangan semua universitas di Indonesia, baik negeri maupun swasta, perlu memiliki kerjasama internasional agar mereka sama-sama dapat meningkatkan kualitasnya, dan kami siap untuk membantu,” jelas Najib dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (31/05/2023).
Atdikbud Najib juga menyadari variasi PTS di Indonesia sangatlah besar. Ada yang memang sudah sangat maju sehingga sudah mampu membangun jaringan internasional sendiri.
Namun, ada juga yang masih sangat awam, belum tahu bagaimana caranya bisa bekerjasama dengan universitas di luar negeri.
Karena itu, Atdikbud siap melakukan pendampingan bagi PTS yang serius ingin mengembangkan kerjasama internasional.
Sementara itu, pimpinan kedua universitas di Sydney yang dikunjungi Atdikbud dan Kepala LLDIKTI V merasa senang apabila bisa terhubung dengan ratusan PTS di Indonesia.
Presiden University of Sydney, Professor Mark Scott AO mengatakan, saat ini perguruan tinggi harus memperluas ruang kontribusinya, tidak hanya berkontribusi untuk negeri, tapi sudah harus berpikir kontribusi dalam skala regional bahkan global.
Dalam kaitan tersebut maka kerjasama dengan universitas di kawasan, seperti Indonesia sangat diperlukan universitas di Australia termasuk University of Sydney.
Kepada Presiden University of Sydney Atdikbud Najib menjelaskan program-program pemerintah Indonesia dalam rangka internasionalisasi, seperti mobilitas internasional untuk mahasiswa dan dosen, mengundang world class professor untuk berkegiatan di kampus-kampus Indonesia, kolaborasi riset kelas dunia, program double degree, serta mengajak kampus top dunia untuk membuka kampusnya di Indonesia.
[Redaktur: Zahara Sitio]