WahanaNews.co | Sejak pertengahan 1990-an, pengelolaan sampah mandiri menjadi bagian dari komitmen Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk tidak menyumbang kerusakan lingkungan melalui sampah.
Sebab sampah menjadi persoalan serius di setiap wilayah di Indonesia.
Baca Juga:
Raih Gelar Doktor di Usia 71 Tahun di Unpad, Ini Kisah Perjuangan Johar Firdaus
Seharusnya, sampah jangan berakhir dan menggunung di tempat pembuangan akhir yang berpotensi merusak lingkungan dan menimbulkan beragam masalah.
Kepala Pusat Keselamatan, Keamanan, dan Ketertiban Lingkungan Unpad, Teguh Husodo menjelaskan, sampah di kampus Unpad berasal dari tiga sektor, yaitu perkantoran dan kelas, kantin, dan alam.
Ada dua jenis limbah yang dihasilkan, yaitu limbah cair dan padat.
Untuk limbah padat, operasional kampus Unpad Jatinangor menghasilkan rata-rata 3-5 ton sampah per harinya.
Baca Juga:
Tragis, Mahasiswi FITB ITB Meninggal Dunia Usai Tertabrak Truk Tronton
Dari jumlah tersebut, sekitar 60-70 persen merupakan limbah organik yang berasal dari serasah atau kotoran daun dan ranting kering, atau dengan kata lain berasal dari limbah alam.
Selanjutnya sebanyak 30 – 40 persen berasal dari limbah anorganik.
Teguh membagi limbah anorganik ini menjadi beberapa kategori.
Pertama adalah limbah yang masih memiliki nilai seperti botol plastik air kemasan, sisa dus/kotak makanan, hingga kertas sisa aktivitas perkantoran.
Kedua, llmbah yang tidak memiliki nilai atau residu, seperti kantong kresek, styrofoam, pecahan kaca, dan sisa-sisa pembangunan.