"Yang harus jadi perhatian investor dan pemerintah adalah growth-nya, bukan cash flow position hari ini," tegas Danang.
Investasi jalan tol juga harus dilihat sebagai aset dengan siklus yang lebih panjang, berbeda dengan construction play atau commodities play.
Baca Juga:
Prabowo Siapkan Stimulus Ekonomi: Diskon Transportasi hingga BSU Kembali Bergulir
Strategi investasi (playbook) bagi investor jalan tol seharusnya mencakup, stable growth (pertumbuhan yang stabil), positive upside (potensi keuntungan positif di masa depan), dan capturing land value increase (menangkap peningkatan nilai tanah di sekitar jalan tol.
Danang juga mempertanyakan ekspektasi ROA industri jalan tol yang mencapai 10-20 persen. Angka ini mungkin terlalu tinggi untuk industri infrastruktur jangka panjang yang cenderung stabil, bukan berisiko tinggi (high-risk, high-return).
Nilai sebenarnya dari industri ini terletak pada stabilitas dan durasi konsesi yang panjang. Meskipun perspektif jangka panjang memberikan angin segar, Danang mengakui bahwa jika data finansial terus mengkhawatirkan, mungkin diperlukan perubahan.
Baca Juga:
90 Persen Pelanggan PLN Kabupaten Sumedang dan Majalengka Akan Nikmati Stimulus Diskon Tarif Listrik 50 persen
"Saya harus lihat lagi datanya, tapi kalau memang perlu new business model, sebenarnya pemerintah dapat melakukan review. Hal ini karena bagi pemerintah, sangat penting untuk menjaga keberlanjutan dari layanan jalan tol ini," tuntas Danang.
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.