Hingga saat ini, LMAN telah mengalokasikan dana sebesar Rp790 miliar untuk proyek ini. Melalui skema tersebut, uang kita hadir dan dimanfaatkan untuk memberi hak ganti kerugian warga yang lahannya terdampak pembangunan PSN Bendungan Sadawarna.
Kepala Unit Pengelola Bendungan (UPB) Sadawarna, Maman Sulaeman, mengatakan bahwa proses pembebasan lahan warga untuk pembangunan proyek ini tak semudah membalik telapak tangan. Ia mengungkapkan bahwa proses pendekatan ke warga dilaksanakan secara humanis melibatkan warga, tokoh serta perangkat desa terdampak.
Baca Juga:
Buntut Kritik PSN PIK 2, Said Didu Penuhi Panggilan Polisi
Senada, Kepala Desa Cibalandong Jaya, Lili Maulana mengatakan kendala yang ada langsung diselesaikan pihaknya bersama dengan BBWS Citarum dan LMAN dengan terus mengadakan sosialisasi ke warga terdampak menggunakan skema penggantian hak berupa penyaluran uang ganti rugi (UGR).
”Pro-kontra itu pasti ada. Saat itu lebih karena kesalahpahaman terkait proses penggantian haknya apakah tukar guling atau berupa uang langsung,” jelas Lili Maulana.
Dengan kerja sama dan koordinasi yang baik antarpihak, proses penyaluran UGR dapat berjalan relatif mulus dan lancar. Para warga terdampak juga mengungkapkan rasa syukurnya karena hasil dari UGR itu membawa keuntungan bagi warga, seperti dapat digunakan untuk merenovasi rumah, membangun tempat ibadah, menambah lahan garapan, membeli truk untuk mengangkut hasil panen, hingga untuk ditabung.
Baca Juga:
Pemko Batam Bahas Update Investasi dan Pengembangan PSN Kawasan Industri Tanjung Sauh
Bendungan Sadawarna merupakan bendungan multiguna dengan konsep green, natural, recycle dam. Artinya, infrastruktur publik ini dibangun menggunakan prinsip-prinsip berbasis lingkungan berkelanjutan. Bendungan ini diharapkan dapat berfungsi untuk mereduksi banjir, pengaliran irigasi dan penyediaan air baku.
Dari ketiganya, manfaat yang dapat dirasakan baru berupa pengaturan debit air untuk pengurangan risiko banjir. Puncak debit banjir yang mengalir ke muara di daerah Pamanukan telah berhasil tereduksi sebesar 25,5 persen.
Selain dari tiga fungsi utamanya di atas, komplek fasilitas pendukung aset ini juga dilengkapi dengan laboratorium mekanika tanah dan geoteknik secara mandiri. Fasilitas ini tak hanya mampu mengurangi waktu pengetesan untuk kebutuhan sendiri, tapi juga dimanfaatkan untuk bendungan lainnya.