WahanaNews.co | Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwi Saputra mengungkapkan bahwa industrialisasi sektor pertanian dan pangan akan menyejahterakan masyarakat Jawa Tengah.
“Sektor pertanian berkontribusi sebesar 14,64 persen dalam perekonomian di Jawa Tengah dengan kontribusi terbesar dari subsektor pertanian, peternakan, perburuan, dan jasa pertanian sebesar 89,58 persen,” ujarnya dalam Seminar Nasional Indef yang disaksikan secara daring, Kamis (12/1/2023).
Baca Juga:
Capaian Kolaborasi Kendalikan Inflasi Pangan di Papua Barat Daya Tahun 2024, Bank Indonesia Perwakilan Papua Barat Gelar Torang Locavore
Apabila terjadi peningkatan produksi sebesar 10 persen pada produksi pertanian akan berdampak pada peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar 0,4 persen dan penurunan inflasi sebesar 0,03 persen.
Kemudian konsumsi rumah tangga akan naik 0,17 persen, angkatan kerja naik 0,17 persen, dan tingkat kemiskinan turun 0,69 persen.
Bank Indonesia Jawa Tengah mencatat sebagian besar atau 93,78 persen dari nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh sektor pertanian bersumber dari tenaga kerja pertanian dan tenaga kerja produksi, serta operator dan buruh kasar yang diklasifikasikan sebagai tenaga kerja tidak terampil. Sementara, modal hanya berkontribusi sebesar 5,58 persen.
Baca Juga:
Bank Indonesia Kaltim: Pembangunan IKN Berdampak Positif pada Perekonomian Daerah
“Hal tersebut menunjukkan bahwa relatif banyak tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi dibandingkan penggunaan modal, sehingga sektor pertanian merupakan sektor yang padat karya,” ucap Rahmat.
Rahmat menuturkan Jawa Tengah merupakan lumbung pangan dan mayoritas masyarakatnya bergerak dalam bidang pertanian.
Industri pengolahan pun menempati pangsa terbesar dalam PDRB Jawa Tengah dengan pangsa industri yang berbasis pertanian agro mencapai 23,92 persen.
Kemudian sektor pertanian memiliki pangsa terbesar kedua yakni sebesar 13,86 persen yang didominasi oleh pertanian tanaman pangan 4,13 persen, hortikultura 3,98 persen dan peternakan 2,56 persen.
“Kalau menjaga inflasi dan pertumbuhan ya masyarakatnya dulu karena terbukti tahun lalu pertumbuhan ekonomi disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan rumah tangga Jawa Tengah adalah masyarakat petani. Sehingga, untuk mendorong hilirisasi industri berbasis pangan dan pertanian menjadi sangat penting,” jelas dia.
Bank Indonesia Jawa Tengah juga mendorong penguatan peran BUMD pangan di Jawa Tengah sebagai lembaga buffer dan agregator melalui penyerapan 20 persen hasil panen. Penyaluran dapat dilakukan baik pada kondisi pangan terbatas maupun pasokan terjaga.
Pada saat pasokan terbatas, BUMD dapat menyediakan pasokan untuk operasi pasar, memberikan pasokan kepada UMKM/sosial terdampak dan penyediaan pasokan untuk bantuan sosial.
Sedangkan ketika pasokan terjaga, BUMD dapat menyalurkan untuk perdagangan antar daerah, memasuki kepada Bulog hingga program kepada ASN atau sejenisnya. [eta]