WAHANANEWS.CO, Humbang Hasundutan - Kopi Lintong berasal dari dataran tinggi di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara, dan telah diekspor ke negara-negara lain seperti Taiwan, China, hingga Amerika.
Kopi Lintong berasal dari dataran tinggi di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara, dan telah diekspor ke negara-negara lain seperti Taiwan, China, hingga Amerika.
Baca Juga:
Indeks Penjualan Riil Naik, Konsumsi Makanan dan Rekreasi Jadi Penopang
Melansir CNBC Indonesia Kamis (13/11/2025), salah satu daerah penghasil Kopi Lintong adalah Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), yang berada di ketinggian sekitar 1.400 Mdpl, dan dikembangkan oleh para petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Selain Gapoktan, 900 petani kopi di Humbang Hasundutan juga telah tergabung dalam Koperasi Kopi Lintong.
Ketua Koperasi Kopi Lintong Humbang Hasundutan, Manat Samosir mengatakan semua pohon kopi yang ditanam di wilayah ini bebas dari lahan gambut dan hutan lindung, sehingga semua hasil tanam berasal dari tanah para petani.
Menurut Manat, sebelumnya profesi petani kopi dipandang sebelah mata karena tidak sejahtera, untuk itu kehadiran koperasi dan pendampingan dari Bank Indonesia (BI) memberikan pola pikir baru kepada masyarakat.
Baca Juga:
BI Hadirkan QRIS Tap In-Tap Out, Bayar MRT hingga KRL Kini Cukup Tempel Ponsel
Dia menceritakan Bank Indonesia melalui Kantor Perwakilan Sibolga hadir 5 tahun lalu dan memberikan pendampingan kepada petani kopi, dampaknya pun terasa dari sisi peningkatan produktivitas dan kualitas biji kopi yang dihasilkan.
"Kami bersyukur dengan kehadiran BI, kami dibantu sudah 5 tahun lalu, mulai dari pembibitan, mesin pelubang, hingga pupuk organik. Saat ini karena mereka melihat kami kewalahan untuk sortir ini (biji kopi) dan sedang dalam realisasi mereka salurkan, sehingga nantinya kami tidak lagi memilih biji kopi secara manual," kata Manat bercerita.
Sejak adanya pembinaan kepada petani, produksi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan meningkat pesat dari 600 kg green bean per hektar/tahun, menjadi 2,5 ton per hektar/tahun. Dalam pendampingan yang dilakukan, para petani juga diajarkan bagaimana menghadapi perubahan iklim dan cara budidaya yang berkelanjutan.