"Kan kita impor crude sama impor BBM. Otomatis kalau impor crude pasti naik kan, BBM akhirnya naik juga. Kita impor BBM itu sebagian besar dari Singapura dan Malaysia. Itu yang sedang disimulasikan, kita minta Pertamina untuk mensimulasikan akibatnya apa," katanya.
Lebih lanjut, Tutuka menjelaskan, kenaikan harga minyak sebanyak US$ 5-10 akan berdampak pada kenaikan kenaikan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Namun, dia mengatakan, kenaikan anggaran subsidi akan lebih besar.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
"Sebetulnya memang kalau demikian PNBP-nya naik, tapi subsidinya lebih besar daripada itu. Subsidi LPG itu besar, kemudian solar itu yang besar, jadi lebih besar kenaikan untuk nambah subsidi daripada penerimaan PNBP yang harus diperhitungkan," katanya.
Namun demikian, Tutuka menyatakan bahwa pemerintah belum memiliki rencana untuk menaikkan harga BBM guna mengantisipasi beban subsidi.
Dia menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil kebijakan secara bertahap. Di sisi lain, mereka sedang melakukan persiapan untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
Baca Juga:
Usai Puluhan Tentara Ogah Balik Perang ke Gaza, Israel Kalang Kabut
"Tidak, hingga saat ini belum. Menurut saya, lebih baik kita mengambil langkah demi langkah dalam merumuskan kebijakan. Meskipun kami telah melakukan persiapan untuk kemungkinan terburuk, tetapi dalam hal kebijakan, saya pikir kita tidak perlu terburu-buru karena saat ini kami melihat hal tersebut sebagai spike. Jika itu hanya spike, tidak perlu ditanggapi secara cepat," jelasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.