WahanaNews.co | Rencana Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk pencantuman label Bisphenol-A (BPA) pada galon air minum kemasan jadi perhatian sejumlah kalangan baik para ahli dan peneliti.
Peneliti dari Institute Pertanian Bogor (IPB) Nugraha Edhi Suyatma mengungkapkan, risiko tertinggi konsumen BPA bukan pada galon air minum kemasan melainkan pada makanan-minuman kaleng.
Baca Juga:
Polda Sulsel Tetapkan Tiga Tersangka Peredaran Kosmetik Berbahaya di Makassar
"Jadi kalau mengkaitkan risiko BPA dengan galon air minum dalam kemasan berbahan polikarbonat itu aneh. Soalnya, walaupun dijemur pada suhu 36 derajat celcius galon polikarbonat tidak apa-apa," ujar dosen dan peneliti jurusan teknologi pangan IPB saat webinar bertajuk Kupas Tuntas Rencana Label BPA di AMDK Galon, di Jakarta, Jumat (27/5/2022).
Menurut dia potensi migrasi BPA di galon polikarbonat dari hasil kajian ilmiah berada di titik 80 derajat celcius. Begitu juga dengan kekuatan menahan benturan galon polikarbonat terbilang tangguh.
Adapun BPA digunakan untuk produksi plastik polikarbonat atau epoksi resin. Bentuk penggunaannya pada galon, botol susu bayi, dan kaleng makanan-minuman sebagai pelindung bagian dalam.
Baca Juga:
Awas! 6 Produk Kosmetik Sulsel Terbukti Mengandung Merkuri
"Maka dari itu cukup kaget dengan pemberitaan yang mengklaim BPOM ingin mencantumkan label berpotensi berisiko BPA pada galon polikarbonat," jelasnya.
Tak hanya itu, keunggulan BPA pada galon dan epoksi resin adalah melindungi isi dalam kemasan karena sifatnya yang lebih tahan panas, polikarbonat jadi lebih kuat, tidak mudah luruh. Apalagi dalam kemasan kaleng, BPA melindungi isi makanan-minuman di dalamnya agar tidak mudah terkena korosi kaleng.
Berdasarkan kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menyatakan belum ada risiko bahaya kesehatan terkait BPA karena data paparan BPA terlalu rendah untuk menimbulkan bahaya kesehatan. EFSA menetapkan batas aman paparan BPA oleh konsumen sebesar empat mikrogram/kg berat badan/hari.