Jumlah penerima program pengembangan SDM PKS dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Pada 2016 ada 330 penerima, sedangkan pada 2021 sebanyak 660 orang yang menerima bea siswa untuk jenjang D1 hingga D4. Bahkan pada 2022 Ditjenbun menargetkan sebanyak 1.000 calon penerima bea siswa. “Tentu BPDPKS berharap jumlah penerima bea siswa pendidikan terus bertambah,” ujar Arfie.
Sementara itu, Analis Penyuluhan Perkebunan Sub Koordinator Penyuluhan Dinas Perkebunan Provinsi Riau T Nuranizah Ibrahim SE menuturkan, adanya pendanaan dari BPDPKS sangat membantu petani di Riau mengingat anggaran yang disediakan Pemerintah Provinsi Riau sangat terbatas.
Baca Juga:
Gubernur Kalteng Ajak Pengurus Pemuda Katolik Berkarya dan Bangun Masyarakat Makmur
Nuranizah mengatakan, peserta pelaksanaan pengembangan SDM PKS 2021 sangat antusia karena ilmu teknologi yang diberikan sudah susai perkembangan. Ada pun peserta untuk bea siswa anak petani ada 192 orang dari yang mendaftar saat itu sebanyak 275 orang. Sementara tahun 2020 hanya 80 orang.
“Dengan jumlah yang sangat signifikan ini kita sangat berterima kasih kepada pendanaan BPDPKS karena banyak anak petani di Riau yang ikut,” ujar Nuranizah.
Pada 2022, lanjut Nuranizah, ditargetkan pengembangan SDM pelatihan petani di Riau sebanyak 425 orang. Pada 2021 pesertanya hanya 284 orang terdiri 75 dari Kabupaten Kampar, dan 211 dari Pelalawan. Wilayah kabupaten juga hendaknya ditambah sehingga petani lain dapat berpartitisipasi.
Baca Juga:
Pemprov Kaltara Dorong Percepatan Implementasi Satu Data Indonesia di Daerah
Direktur Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) Sri Gunawan mengatakan, fasilitas yang diberikan BPDPKS terkait pengembangan SDM ini sangat lengkap. “Dan manfaatnya dan yang menikmati cukup banyak sekali,” ujarnya.
“Saya yakin sekali anaknya yang sudah lulus atau sedang kuliah itu sangat menikmati. Demikian juga Pemerintah daerah, KUD di wilayah PSR, perkebunan swasta selaku pendamping petani,” kata Sri Gunawan.
Menurut Sri Gunawan, program bea siswa harus diarahkan pada kelapa sawit sehingga produktivitas tetap berjalan secara kontinu. Karena tantangan di masa depan cukup besar terkait lingkungan, perubahan iklim. Sehingga SDM kelapa sawit harus diarahkan kepada tantangan ke depan.