WahanaNews.co | Analis merekomendasikan beberapa saham emiten perkebunan dengan pasar yang besar seiring dengan tren kenaikan harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).
Analis Senior dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada, mengungkapkan, pergerakan harga CPO biasanya digerakkan oleh kenaikan permintaan yang ada, atau adanya berita oversupply.
Baca Juga:
Apple Menutup Bursa Pada Angka yang Menakjubkan
Selain itu, juga dengan adanya kebijakan pemerintah baik di dalam maupun luar negeri.
Misalnya, ungkap Reza, yang pernah terjadi sebelumnya yaitu larangan impor oleh Eropa yang membuat adanya sentimen negatif bagi harga CPO.
“Kalau untuk CPO, penggeraknya biasanya terkait dengan permintaan yang ada, atau berita oversupply, dan juga kebijakan baik di dalam negeri maupun luar negeri,” kata Reza, saat dihubungi wartawan, Rabu (6/10/2021).
Baca Juga:
Pendiri Evergrande Kehilangan Harta Sebesar Rp.603,5 Triliun
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Rabu (6/10/2021), harga CPO untuk kontrak Desember 2021 sempat mencapai harga tertinggi pada 4.879 ringgit per ton sebelum tiba di harga setelmen 4.738 ringgit per ton.
Sementara itu, harga CPO berjangka kontrak pengiriman Januari 2022 terpantau naik 130 poin ke 4.646 ringgit per ton setelah sempat mencapai titik tertingginya pada 4.780 ringgit per ton.
Kenaikan harga CPO ini pun, menurutnya, akan menjaga kinerja emiten-emiten perkebunan, ditambah lagi dengan kenaikan permintaan komoditas tersebut.
Reza pun merekomendasikan beberapa emiten perkebunan yang menarik untuk dikoleksi oleh investor karena pangsa pasar yang yang besar dan harga sahamnya yang cenderung menguat.
Beberapa emiten tersebut diantaranya, AALI, LSIP, SSMS, dan SIMP. [dhn]