WahanaNews.co | Sejumlah pengusaha dan eksportir timah mengaku bingung dengan adanya wacana pelarangan ekspor timah di Indonesia.
Diketahui, Indonesia sendiri berencana menghentikan ekspor timah mulai tahun depan dan memilih digunakan untuk hilirisasi pada 2023. Hal itu dikarenakan belum ada peta jalan atau skema roadmap yang disusun pemerintah mengenai dengan hilirisasi timah itu.
Baca Juga:
Jokowi Makin Bulat Akan Hentikan Ekspor Timah
"Saya sendiri kaget dan bingung soalnya selama ini saya bertanya-tanya apakah ada roadmap yang jelas untuk hilirisasi timah ini," kata Ketua Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) Indonesia Jabin Sufianto dalam daring Mining Zone, Kamis (13/10/2022).
Dia menuturkan, atas rencana pelarangan ekspor tersebut bahwa pemerintah belum melibatkan pelaku usaha dan akademisi yang memahami betul dunia pertimahan.
Doa menilai, pelarangan ekspor dan pengembangan hilirisasi di dalam negeri akan sangat tidak efektif apabila tidak ada road map-nya.
Baca Juga:
Cegah Gejolak, Jokowi Diminta Jangan Buru-buru Stop Ekspor Timah
"Ini bicara langsung akan dilarang-larang ekspor saja. Bukannya apa, pelarangan ekspor timah ini selalu senada dengan bauksit. Selalu ada kata-kata mentah," tutur Jabin.
Jabin pun mengungkapkan detil, bahwa sejauh ini ekspor timah yang dilakukan di Indonesia sendiri sudah memiliki nilai tambah. Di mana, ekspor timah berupa TIN Ingot dengan Sn 99,99 atau 99,99%.
Oleh karena itu, komoditas ekspor ini tidak bisa disamakan dengan success story pelarangan ekspor bijih nikel yang hanya memiliki kandungan 2%.
"Yang saya bilang di Kementerian ESDM, bahwa kami sudah ekspor timah berkadar 99,99%, tidak mungkin sampai 100%. Bahkan PT Antam atau semua percetakan ga ada yang mengatakan 100%, jadi kita bingung, dibilang masih ada produk hilirnya, menurut saya itu sesuatu yang zero sampling. Maksudnya apa yang dikejar?" ucap Jabin.
Sebagaimana diketahui, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan Pemerintah Indonesia akan menghentikan ekspor timah mulai tahun depan.
Bahlil menyebut, pelarangan ekspor timah ini agar hilirisasi timah di dalam negeri semakin berkembang, sehingga nilai tambah ada di dalam negeri. Apalagi, Indonesia merupakan pemilik sumber daya dan juga produsen timah terbesar kedua di dunia, setelah China.
"Kalau timah kemungkinan besar tahun depan udah tidak lagi kita melakukan ekspor mentah karena kita akan melakukan hilirisasi," kat Bahlil di Jakarta.
Sebelumnya, Bahlil Lahadalia menyebutkan penghasil timah terbesar pertama di dunia saat ini adalah China. Dia mengatakan, Negeri Tirai Bambu tersebut sudah melakukan hilirisasi sebesar 50%-70%. Bila dibandingkan dengan Indonesia, hilirisasi yang dilakukan baru mencapai 5%. Akibatnya, Indonesia tak bisa berperan sebagai penentu harga timah dunia.
"Lebih ironis lagi, harga timah dikendalikan oleh negara bukan penghasil timah, ini lucu, ajaib, ini teori bin Abu Nawas, yang tidak kita tolerir untuk ke depan dan kita harus mulai (hilirisasi)," kata Bahlil. [rsy]