WahanaNews.co | Nilai rupiah masih tertekan penguatan dolar AS. Dikutip dari data Reuters disebutkan dolar AS berada di posisi Rp 15.592 atau menguat 0,28% sekitar 44 poin.
Pada pembukaan perdagangan, dolar AS tercatat Rp 15.548 lalu bergerak pada kisaran Rp 15.555 - Rp 15.592.
Baca Juga:
Prabowo Hadiri Pertemuan Bisnis dengan Sejumlah Pengusaha RRT
Menanggapi hal tersebut Direktur PT Laba Forexindo Ibrahim Assuaibi mengungkapkan pelemahan rupiah ini merupakan hal yang wajar.
Dolar AS diprediksi bisa menguat hingga Rp 15.600. Memang penguatan ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III yang tumbuh 2,6%. Padahal sebelumnya ekonomi AS digadang-gadang akan masuk ke jurang resesi.
Ini artinya ekonomi AS sudah pulih dari kontraksi yang terjadi pada separuh tahun 2022 ini.
Baca Juga:
Prabowo dan Presiden Xi Saksikan Penandatanganan Sejumlah Kesepakatan Kerja Sama Indonesia-Tiongkok
"Ini wajar, karena kondisi sedang kurang bagus. Karena bukan rupiah saja yang melemah. Sekarang pasar sedang menunggu angka inflasi AS yang akan segera dirilis," kata dia saat dihubungi, Senin (31/10/2022).
Ibrahim mengungkapkan, ada juga sentimen dari Bank of Japan yang tidak menaikkan bunga acuan dan malah mempertahankan. Hal ini membuat pasar kecewa.
Lalu sentimen dari China karena terpilihnya Xi Jinping sebagai Presiden 3 periode. Pasar kecewa dan ditambah dengan pengetatan COVID-19 dan hal ini disebut membuat pertumbuhan ekonomi akan bermasalah.
Ibrahim menyebutkan kondisi ini tetap harus diwaspadai, apalagi lockdown yang dilakukan di China bisa mengganggu aktivitas ekspor impor dengan Indonesia.
"Perlu diingat, China merupakan ekonomi terbesar di dunia dan akan berdampak ke emerging market seperti Indonesia," tambahnya.
Tapi menurut dia, dengan membaiknya ekonomi AS ini bisa menjadi angin segar untuk negara emerging market.[zbr]