Untuk penanganan hama penyakitnya dengan menggunakan racun insektisida yang non organik maka nanti akan ditolak di pasaran lokal maupun luar negeri.
Di sisi lain, Ketua Serikat Tani Bengkulu, Muspani menjelaskan, harga biji kopi ditingkat petani dalam beberapa tahun terakhir ini tidak pernah mengalami kenaikan. Hal ini tersebut berbanding terbalik dengan biaya perawatan kopi.
Baca Juga:
Tren Kopi Sumedang Naik Daun, DiskopUKMPP: Ini Saatnya Inovasi dan Ekspansi!
Yang biaya perawatan seperti membeli pupuk dan pestisida terus mengalami kenaikan sejak tahun 2021 lalu.
Perawatan yang dimaksud,lanjutnya, dimulai dari biaya sebelum panen dan ongkos petik buah atau biaya panen. Kondisi ini membuat petani mengeluh karena terkadang hasil mereka cukup buat utang biaya perawatan.
Selain harga jual kopi yang rendah, tahun ini hasil panen petani merosot dibandingkan hasil panen tahun sebelumnya.
Baca Juga:
5 Penyakit Bisa Menyerah jika Anda Minum Kopi Hitam Tanpa Gula
“Kita minta kepada pemerintah agar bisa memberikan solusi terkait permasalahan ini,” tuturnya.
Apalagi, jika melihat Bengkulu salah satu provinsi penghasil kopi robusta di Indonesia. Sementara kopi merupakan salah satu komoditas andalan di daerah selain kelapa sawit. Untuk mempertahan itu serta menjawab keluhan para petani kopi, dirinya berharap ada perhatian dari pihak terkait.
” Jangan petani sawit saja yang diperhatikan. Petani kopi juga harus diperhatikan,” pintanya. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.