Perjalanan karier Handayani di dunia perbankan dimulai ketika Paket Kebijaksanaan Oktober (Pakto) 1988 dicetuskan, di mana semua lulusan dari jurusan apapun diperbolehkan untuk mencoba bekerja di bank.
Ia pun memilih untuk mengikuti Management Development Program dan ketika itu termotivasi untuk dapat peringkat tinggi karena berpengaruh pada gaji.
Baca Juga:
Meraup Ribuan Berkah Ramadan, BRI Rawamangun Salurkan Ratusan Paket Iftar Takjil Berbuka
"Bagi saya itu tantangan. Walau harus belajar tiga kali lipat karena debet, kredit, rugi laba kan nggak ada di kedokteran gigi. Dari situ saya belajar nggak ada yang bisa dipelajari. Itu menjadi sebuah pola dalam meniti karier," kisahnya.
"Jadi punya milestone. Saya tuh nggak boleh lebih dari 10 tahun untuk bisa di posisi A atau saya harus umur 30 sudah harus jadi at least AVP, di bawah 40 harus sudah jadi VP. Itu menjadi target yang kita sendiri yang harus conquer sendiri dengan apa dengan membuktikan prestasi pastinya dan itu tidak mudah untuk perempuan," jelas Handayani.
Diakuinya, memang banyak tantangan untuk mencapai posisi tinggi dalam dunia kerja yang didominasi oleh pria.
Baca Juga:
BRI Siapkan Rp32,8 Triliun untuk Kebutuhan Uang Tunai Masyarakat Selama Libur Lebaran 2025
Wanita itu sendiri sempat dipandang sebelah mata.
Ia mengaku, tak jarang wanita juga sering dibilang cerewet.
Padahal, menurutnya, wajar jika wanita lebih detail karena terbiasa mengurusi berbagai hal.