"Kami sudah punya rencana pensiunkan PLTU ini, secara on table sudah kita lakukan exercise, ada sekitar 22 PLTU dengan kapasitas 11 gigawatt (GW) yang siap untuk dapat di-shutdown lebih awal," kata Kepala Biro Perencanaan Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya dalam acara IISD X Katadata Webinar: The G20 Energy Communique and Leaders Declaration, Rabu (8/6).
Anditya menambahkan, pemerintah sudah merancang pembangunan 20,9 GW pembangkit listrik yang berasal dari energi terbarukan hingga 2030.
Baca Juga:
Kiprah Srikandi PLN di Lapangan, Hadirkan Listrik Hingga Ujung Nusantara
Sementara itu, analisis terbaru yang diterbitkan oleh lembaga think tank New Climate Institute yang berbasis di Jerman menyebutkan 14,5 juta kematian dini akibat polusi udara dapat dihindari jika dunia setop mengoperasikan dan tak membangun PLTU batu bara hingga 2050.
Upaya tersebut juga akan memberikan manfaat ekonomi sebesar US$ 16,3 triliun. Nilai itu setara dengan menyelamatkan sekitar 425 juta tahun kehidupan, atau memperoleh tambahan 20 hari untuk setiap 7,9 miliar populasi global saat ini.
Para peneliti menunjukkan bahwa pembangkit batu bara yang ada di seluruh dunia berkontribusi terhadap lebih dari 900 ribu kematian dini per tahun.
Baca Juga:
PLN dan Pemkot Operasikan SPKLU Khusus Angkot Berbasis Listrik di Kota Bogor
Sedangkan untuk Indonesia, pensiun dini dan penghentian pembangunan PLTU batu bara baru dapat mencegah 110 ribu kematian dini.
Harry Fearnehough, salah seorang penulis studi ini, menekankan pentingnya sinergi antara mengambil tindakan untuk memerangi perubahan iklim dan mendorong perbaikan besar dalam kesehatan di seluruh dunia.
“Kita semua sadar betapa merusaknya pembangkit listrik batu bara bagi iklim dan bahwa sebagai komunitas global, kita perlu segera melepaskan ketergantungan pada batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi kita,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (25/5). [qnt]