WahanaNews.co | Eks CEO platform kripto FTX Sam Bankman-Fried kehilangan 94 persen hartanya hanya dalam semalam.
Dilaporkan, harta senilai US$14,6 miliar atau setara Rp228 triliun (asumsi kurs Rp15.674 per dolar AS) raib begitu saja. Raibnya harta Bankman-Fried tak lepas dari masalah harga token kripto FTT miliknya yang anjlok drastis.
Baca Juga:
KPK Sita 15 Tanah & Bangunan dari Pemilik PT Jembatan Nusantara Senilai Ratusan Miliar
Mengutip CNN Business, Minggu (13/11), bahkan FTX telah mengajukan pailit pada Jumat kemarin, sehingga Bankman-Fried juga mengundurkan diri sebagai pemimpin perusahaan.
Bankman-Fried juga dicoret dari daftar Bloomberg Billionaires Index. Semula ia tercatat memiliki kekayaan US$15,2 miliar, tapi kini hanya tersisa US$991,5 juta.
Lalu siapakah Sam Bankman-Fried yang pernah masuk daftar miliuner Forbes di usia 30 tahun?
Baca Juga:
Kasus Korupsi PT ASDP, KPK Panggil Ulang Pemilik PT Jembatan Nusantara Grup
Usai menyelesaikan pendidikan fisika di MIT, Bankman-Fried bekerja di Jane Street Capital selama sekitar tiga setengah tahun.
Bisnis pertama Bankman-Fried adalah Alameda, perusahaan perdagangan kuantum kripto. Ide bisnis ini berawal dari proyeksinya terhadap likuiditas uang kripto yang akan melambung di kemudian hari. Namun, saat itu likuiditas uang kripto tak mencukupi.
Namun, uang kripto tengah menjadi buah bibir. Hampir semua orang membahas keberadaan uang kripto dari mulai pergerakan harga hingga arus yang masuk.
Banyak orang di berbagai belahan dunia mencoba untuk membeli uang kripto dengan metode berbeda-beda.
Bankman-Fried melihat kondisi ini membutuhkan infrastruktur yang cukup untuk pasar kripto, dengan potensi permintaan akan melebihi likuiditas.
Setelahnya, Bankman-Fried mulai membangun FTX, yang kini telah menjelma menjadi salah satu pertukaran aset digital terbesar dan paling cepat berkembang di dunia.
Namun pada akhir 2018, platform tersebut terbilang berantakan dan kehilangan US$1 juta per hari dari aset nasabah.
Ia kemudian membangun ulang FTX dan meluncurkannya kembali pada 2019. Dari sanalah FTX kemudian berkembang dan bahkan sempat jadi bursa mata uang kripto terbesar keempat yang berbasis di luar China.
Pada 2022, Bankman-Fried sempat memiliki sekitar 70 persen dari bisnis FTX di AS, yang sekarang diperkirakan nilainya menjadi tidak berharga.
Selain itu, sahamnya di pialang online Robinhood, yang sebelumnya bernilai lebih dari US$500 juta, telah dihapus dari perhitungan Bloomberg.
Batal Diakuisi Binance
Isu kebangkrutan FTX ini membuat para penggunanya coba menarik aset. Namun, perusahaan mengalami krisis dana untuk menyelesaikan pencairan dana tersebut.
Sam Bankman-Fried mengatakan kepada investor pada Rabu (9/11) bahwa FTX membutuhkan dana darurat hingga US$8 miliar untuk menutupi kekurangan karena permintaan penarikan yang diterima dalam beberapa hari terakhir.
Rival FTX, Binance sempat datang dan memberi secercah harapan. CEO Binance Changpeng Zhao mengatakan telah menandatangani perjanjian tidak mengikat untuk membeli bursa kripto FTX.com.
"Sore ini, FTX meminta bantuan kami. Ada krisis likuiditas yang signifikan. Untuk melindungi pengguna, kami menandatangani LOI yang tidak mengikat, bermaksud untuk sepenuhnya mengakuisisi FTX.com dan membantu menutupi krisis likuiditas," kata Zhao di Twitter.
Namun, Binance mengeluarkan pernyataan terbaru yang mengatakan tidak jadi mengejar akuisisi FTX.
"Sebagai hasil dari uji tuntas perusahaan serta laporan berita terbaru mengenai dana pelanggan yang salah penanganan dan dugaan penyelidikan agensi AS, kami telah memutuskan bahwa kami tidak akan mengejar potensi akuisisi FTX.com," kata Binance dalam sebuah pernyataan. [rna]