WAHANANEWS.CO, Jakarta - Bisnis Holywings menghadapi tantangan besar setelah 12 outletnya di Jakarta ditutup akibat masalah perizinan.
Penutupan ini semakin memperberat beban perusahaan yang sebelumnya tersandung kontroversi akibat promo minuman alkohol gratis bagi pelanggan bernama Muhammad dan Maria.
Baca Juga:
Kembali Diberikan Ijin, Holywings Ganti Nama Jadi W Superclub
Dengan berbagai masalah yang menimpa, muncul pertanyaan: haruskah Holywings mengganti nama?
Praktisi sekaligus konsultan marketing dari Inventure, Yuswohady, menilai bahwa reputasi Holywings telah terpukul akibat promo yang dikaitkan dengan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Penutupan outlet di Jakarta semakin memperburuk citra brand tersebut.
"Kalau sebuah bisnis sampai dilarang karena masalah perizinan, itu berdampak negatif terhadap brand. Secara tidak langsung, artinya usaha tersebut dianggap tidak mematuhi aturan yang ada," ujarnya, mengutip Detik, Minggu (16/3/2025).
Baca Juga:
Dikasih Ijin dari Pusat, Holywings Ganti Nama Baru Jadi W Superclub
Menurutnya, Holywings memiliki dua opsi untuk menyelamatkan bisnisnya. Opsi pertama adalah melakukan rebranding, terutama jika brand masih memiliki nilai positif di luar Jakarta.
"Kalau bisnisnya masih bisa berjalan di daerah lain, tidak perlu sampai mengganti nama secara total. Sayang kalau nama Holywings yang sudah dikenal luas dan cukup kuat di pasar harus dihapus begitu saja," jelasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa rebranding bisa dilakukan tanpa menghilangkan nama Holywings sepenuhnya.
Salah satu caranya adalah menggunakan konsep by Holywings, di mana bisnis tetap beroperasi dengan nama baru tetapi masih menyertakan identitas Holywings.
Opsi kedua adalah mengganti nama sepenuhnya. Namun, keputusan ini tidak bisa diambil begitu saja, karena membangun brand baru dari nol bukanlah hal mudah.
"Sebelum mengganti nama, perlu dilakukan riset mendalam untuk memastikan apakah brand Holywings sudah benar-benar rusak di mata masyarakat. Jika memang sudah tidak layak dipertahankan, maka mau tidak mau harus mencari nama baru. Tapi membangun brand dari awal itu sulit, tidak hanya butuh strategi yang tepat, tetapi juga faktor keberuntungan," pungkasnya.
[Redaktur: Rinrin Kaltarina]