WahanaNews.co | Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau ID Food Frans Marganda Tambunan menyebutkan pihaknya telah mematangkan rencana ekspor beras bersama Kementerian Pertanian (Kementan) sejak bulan lalu. ID Food rencananya akan menembus pasar Cina untuk ekspor beras.
"Tujuannya ke Cina. Sekitar satu bulan lalu kami memang sudah berbicara dengan Kementan," ujar Frans di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Senin, 22 Agustus 2022.
Baca Juga:
Pemerintah Tetapkan Peraturan HET Beras Medium dan Premium melalui Bapanas
Namun, ia menyebut Holding BUMN Pangan itu masih menunggu kelanjutan rencana pengapalan beras dari Kementerian Pertanian. Khususnya, perihal waktu pelaksanaan dan jenis varietas yang akan diekspor.
Secara paralel, sebagai persiapan ekspor, ID Food berupaya menaikkan hasil panen beras dalam negeri. Frans menjelaskan, ID Food sedang memperkuat ekosistem pertanian yang mengintegrasikan petani dengan stakeholder melalui Program Makmur. Program itu dijalankan oleh Agro Solution yang diinisiasi oleh PT Pupuk Indonesia (Persero).
"Program makmur ini adalah salah satu cara kita untuk membantu petani meningkatkan produktivitas. Dan tentu ujung-ujungnya meningkatkan kesejahteraan petani," ucapnya.
Baca Juga:
Jelang Idul Adha, Pemkab Sigi Pantau Stabilitas Harga Beras dan Jagung
Frans menuturkan satu-satunya cara meningkatkan kesejahteraan petani bukan dengan perluasan lahan, melainkan peningkatan produktivitas.
Program pendampingan adalah cara strategis yang dianggap mampu mendongkrak produktivitas di samping peningkatan jaminan pembelian hasil panen petani.
"Karena produktivitas kita masih kalah dibandingkan negara-negara tetangga," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri menyatakan pasokan beras konsumsi Indonesia sudah mencukupi dan berpotensi untuk melakukan ekspor.
Ia kemudian melansir Survei Cadangan Beras Nasional (SCBN) 2022 yang merupakan hasil kolaborasi antara Kementan dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Stok beras nasional periode 31 Maret 2022 tercatat mencapai 9,11 juta ton. “Bahkan pada 30 April 2022, yaitu menjelang Idul Fitri lalu, stok beras nasional meningkat menjadi 10,15 juta ton beras,” kata Kuntoro, 15 Agustus lalu.
Adapun data BPS menunjukkan Indonesia sudah tidak melakukan impor beras untuk pasar konsumsi, yaitu beras jenis medium. Indonesia saat ini hanya mengimpor beras khusus untuk keperluan industri.
Pada 2019, tercatat Indonesia mengimpor beras khusus sebanyak 444,51 ribu ton. Sedangkan pada 2020 mengimpor sebanyak 356,29 ribu ton dan pada 2021 sebanyak 407,74 ton. Sebanyak 82 hingga 99 persen impor berupa broken rice atau beras pecah untuk bahan baku industri.
Senada, Kepala Devisi Pengadaan Komoditi Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Budi Cahyanto pun mengungkapkan Indonesia berpotensi mengekspor beras lantaran pasokannya sudah sangat besar.
Peluang ekspor semakin besar lantaran Indonesia memiliki jenis beras yang berbeda dibandingkan negara produsen beras lainnya.
"Apalagi Indonesia juga merupakan negara produsen beras terbesar kedua di dunia setelah Cina," ujar Budi, 19 Agustus lalu,
Jika betul-betul mengekspor beras, ia berkata, jenis yang akan diutamakan adalah beras-beras khas Indonesia, seperti beras Pandan Wangi, Roso Lele dan Mentik Wangi. Jenis beras tersebut dianggap lebih menarik pasar internasional karena tidak dimiliki oleh negara lain.
Namun, Budi mengakui hal yang menjadi tantangan Bulog untuk merealisasikan ekspor beras adalah mencari peluang ekspor ke negara-negara lain yang membutuhkan.
Ia memperkirakan Indonesia bisa mengekspor beras ke Malaysia dan Arab Saudi lantaran banyak penduduk Tanah Air di kedua negara tersebut. [qnt]