Ia mengatakan demo ojol menunjukkan ketimpangan relasi kuasa antara perusahaan platform digital besar dengan para mitra pengemudi. Para driver ojol faktanya harus bekerja bagai karyawan tetap, tapi tak diberi perlindungan hukum selayaknya pekerja formal.
"Tanpa regulasi yang adil dan berpihak, digitalisasi hanya akan menjadi kelanjutan dari eksploitasi ekonomi lama dengan wajah baru. Negara tidak boleh diam melihat jutaan pengemudi dibiarkan tanpa kepastian dan perlindungan," tegasnya.
Baca Juga:
RUU Transportasi Online Butuh Waktu, Ketua Komisi V DPR: Tak Bisa Selesai Besok
IDEAS menggunakan gross transaction value (GTV) dari layanan aplikator untuk menetapkan Rp375,89 miliar sebagai nilai transaksi harian sektor ride hailing. Ini adalah hasil rata-rata dari nilai total transaksi seluruh aplikator di Indonesia yang jumlahnya diklaim tembus Rp135,32 triliun per tahun.
Misalnya, IDEAS menghitung GTV Gojek mencapai Rp63,04 triliun dan Grab senilai Rp58,75 triliun. Lalu, total GTV dari perusahaan aplikasi lainnya sebesar Rp13,53 triliun.
Aksi demonstrasi ribuan driver ojol dilakukan serentak se-Indonesia. Khusus di Jakarta, perwakilan massa aksi akhirnya diterima Direktur Jenderal Darat Kementerian Perhubungan Aan Suhanan.
Baca Juga:
Pemprov Sumut Siapkan Regulasi Ojol dan Sanksi Tegas bagi Aplikator yang Langgar Aturan
Kemenhub belum bisa memutuskan apa pun. Mereka hanya berjanji akan menindaklanjuti aspirasi para driver, termasuk menurunkan potongan aplikasi menjadi paling tinggi hanya 10 persen.
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.