Ia mencontohkan, investasi Rp1 triliun di sektor pertambangan hanya mampu menyerap sekitar 5.000 tenaga kerja.
Sementara, investasi dengan nilai yang sama di sektor pertanian bisa menyerap hingga 150.000 tenaga kerja.
Baca Juga:
Tekan Pengangguran, Cirebon Gencar Bentuk BKK di Lingkup Pendidikan
Ia juga menyinggung tingginya biaya perizinan dan adanya gangguan dari oknum ormas sebagai salah satu penyebab rendahnya efektivitas investasi.
“Uang investasi yang harus dipakai untuk kegiatan produksi habis ke mana-mana, itu ngurus perizinannya mahal, termasuk kena ormas-ormas yang mengganggu itu,” jelasnya.
Sementara itu, di sektor ketenagakerjaan, pemerintah menghadapi persoalan serius. Menteri Ketenagakerjaan Yassierli mengungkap bahwa pada 2025 terdapat lebih dari satu juta lulusan sarjana yang masih menganggur.
Baca Juga:
Ketika Mimpi Bertemu Kenyataan: Tantangan Lulusan Baru Mencari Kerja
Data ini disampaikan dalam paparan Kajian Tengah Tahun INDEF 2025 di Jakarta, awal Juli lalu.
Dari total 153,05 juta angkatan kerja, tercatat 7,28 juta orang masih menganggur.
Dari jumlah tersebut, lebih dari satu juta di antaranya adalah lulusan universitas. Banyak dari mereka yang akhirnya bekerja di bidang informal dan pekerjaan non-akademik.