WAHANANEWS.CO, Jakarta - Jepang membuka peluang besar bagi tenaga kerja Indonesia dengan kebutuhan mencapai 40.000 orang, namun hingga kini baru 25.000 tenaga kerja yang berhasil diberangkatkan.
Menteri Transmigrasi M Iftitah Sulaiman Suryanegara pada Kamis (2/10/2025) menyampaikan bahwa tenaga kerja dari Indonesia di Negeri Sakura bergerak di sektor pertanian, kelautan, perawatan hingga konstruksi dengan gaji antara Rp 25 juta sampai Rp 55 juta per bulan.
Baca Juga:
Jepang Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA/SMK Indonesia, Gaji Rp 20-30 Juta
"Dan yang lebih menarik dan membahagiakan kita saat ini adalah bahwa ternyata mereka, masyarakat Jepang sangat nge-value tenaga kerja di Indonesia karena keramahtamahannya, hospitality-nya," ujarnya.
Iftitah menambahkan, pekerja asal Indonesia bahkan dianggap sebagai yang terbaik dibandingkan dengan negara lain, sehingga kerja sama dengan Jepang akan diperluas termasuk pelatihan bagi calon tenaga kerja dari daerah transmigrasi.
Dengan peluang tersebut, pencari kerja di Tanah Air diharapkan dapat menjadikan Jepang sebagai salah satu destinasi untuk membangun karier.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong KEK Industropolis Batang Capai 100 Ribu Tenaga Kerja pada 2030 Usai Diresmikan Presiden
Namun sebelum memutuskan bekerja di sana, penting mengetahui perbandingan biaya hidup di Jepang dengan Indonesia.
Dilansir dari Numbeo, rata-rata biaya hidup satu orang di Jepang per bulan mencapai 134.533 yen atau sekitar Rp 15,24 juta tanpa sewa rumah, sementara untuk keluarga beranggotakan empat orang biayanya mencapai 475.691 yen atau sekitar Rp 53,86 juta tanpa sewa rumah.
Pendapatan rata-rata masyarakat Jepang sekitar 310.616 yen atau Rp 35,19 juta per bulan, dan jika dibandingkan dengan Indonesia, biaya hidup di Jepang tercatat 98,7 persen lebih tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada 2024, rata-rata pengeluaran orang Indonesia untuk makanan sebesar Rp 751.789 dan non-makanan Rp 1.500.556 per bulan, jauh di bawah standar Jepang.
Biaya hidup di Negeri Sakura juga tinggi pada kebutuhan makan, transportasi, tagihan bulanan hingga sewa hunian.
Makan di restoran murah membutuhkan sekitar 1.000 yen atau Rp 113.000, sedangkan makan berdua di restoran menengah mencapai 5.500 yen atau Rp 623.000, sementara untuk McMeal di restoran cepat saji sekitar 750 yen atau Rp 85.000.
Harga daging sapi per kilogram rata-rata 2.843 yen atau Rp 322.000, apel 762 yen atau Rp 86.300, susu 223 yen atau Rp 25.200 per liter, dan secangkir cappuccino 479 yen atau Rp 54.000.
Untuk transportasi, tiket sekali jalan dipatok sekitar 220 yen atau Rp 24.900, tiket bulanan 8.638 yen atau Rp 979.000, dan tarif taksi minimal 600 yen atau Rp 68.000, sedangkan bensin per liter 174 yen atau Rp 19.700.
Tagihan listrik, air, dan pengelolaan sampah apartemen standar luas 85 meter persegi sekitar 25.414 yen atau Rp 2,88 juta per bulan, internet unlimited 5.126 yen atau Rp 581.000, dan paket data serta telepon sekitar 3.883 yen atau Rp 439.700.
Biaya pendidikan juga tinggi, seperti TK swasta yang mencapai 48.306 yen atau Rp 5,47 juta per bulan dan sekolah dasar internasional 1.962.158 yen atau Rp 222 juta per tahun.
Pakaian pun mahal, seperti jeans Levi’s seharga 7.064 yen atau Rp 800.000, sepatu Nike 9.081 yen atau Rp 1,03 juta, dan sepatu kulit pria 12.886 yen atau Rp 1,46 juta.
Hunian di pusat kota Jepang berkisar 87.131 yen atau Rp 9,87 juta per bulan untuk apartemen satu kamar, 59.517 yen atau Rp 6,73 juta di pinggiran, sedangkan apartemen tiga kamar di pusat kota bisa mencapai 193.054 yen atau Rp 21,88 juta per bulan.
Harga beli apartemen di pusat kota bahkan mencapai 899.914 yen atau Rp 101,9 juta per meter persegi.
Dengan rata-rata gaji 310.616 yen atau Rp 35,2 juta, masyarakat Jepang masih harus cermat mengatur pengeluaran, apalagi jika tinggal di kota besar.
Bagi tenaga kerja Indonesia, gaji Rp 25 juta per bulan dinilai pas-pasan untuk biaya hidup di kota besar, sementara yang memperoleh hingga Rp 55 juta per bulan relatif lebih leluasa membiayai kebutuhan harian, hunian, maupun pendidikan anak.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]