WahanaNews.co | Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) minta agar Sri Mulyani tak menakut-nakuti masyarakat dengan ancaman krisis ekonomi.
Dia mengaku telah menelepon Menteri Keuangan Sri Mulyani. JK mengatakan krisis itu ada yang membuat masalah, tapi ada juga yang memberikan manfaat.
Baca Juga:
Sidang Pleno Munas PMI, Minta Jusuf Kalla Pimpin Kembali 2024-2029
"Karena itu saya bilang pada Sri Mulyani jangan takut-takut orang tahun depan akan kiamat. Saya telepon jangan begitu, jangan kasih takut semua orang. Ini negeri luas tidak semuanya (krisis), kalau ada masalah, hadapi, kita jangan takut," ujar dia dalam acara makan malam spesial HUT Kalla Group di Grand Indonesia Kempinski Ballroom, Jumat (28/10) menlansir dari CNNIndonesia.com.
Menurutnya, Indonesia tidak mengalami krisis energi dan pangan karena menghasilkan komoditas itu secara mandiri. "Beda kita dengan negara lain yang enggak punya energi. Jadi kita harus optimis, kalau ada masalah hadapi," kata JK
Sebelumnya, Sri Mulyani memastikan ekonomi global akan terjerembab ke jurang resesi pada tahun depan.
Baca Juga:
Anak Akbar Tanjung & Jusuf Kalla Jadi Pengurus Golkar
Ia mengatakan resesi dipicu oleh satu sebab, kebijakan sejumlah bank sentral dunia yang agresif menaikkan bunga acuan demi meredam lonjakan inflasi. Sri Mulyani mengatakan kebijakan itu pasti akan menekan pertumbuhan ekonomi.
Alhasil, resesi menjadi kian susah untuk dihindari. "Kenaikan suku bunga cukup ekstrem bersama-sama, maka dunia pasti resesi pada 2023," ungkap Sri Mulyani.
Dia juga menyebutkan tidak mudah menyusun APBN 2023 di tengah situasi perekonomian dunia yang bergejolak. Sri menuturkan banyak perubahan yang terjadi di tengah jalan akibat situasi yang tak menentu dan datang tiba-tiba.
APBN 2023 yang awalnya disusun hanya mempertimbangkan covid-19, kemudian dihadapkan dengan perang Rusia-Ukraina.
Dia menegaskan ketegangan antar dua negara tersebut menyebabkan berbagai krisis seperti pangan, energi dan keuangan yang menyebabkan harga minyak, pangan naik tajam. Bahkan beberapa negara mengalami krisis utang akibat kondisi ini.
Sementara itu, Bank Dunia memproyeksi sejumlah negara resesi pada 2023. Hal ini karena suku bunga acuan bank sentral di sejumlah negara semakin tinggi.
Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan bank sentral terus mengerek bunga acuan demi menekan laju inflasi.
Kenaikan suku bunga acuan akan menghambat proses pemulihan ekonomi global. Sehingga, Bank Dunia memprediksi ekonomi dunia melambat menjadi 0,5 persen pada 2023 mendatang.
"Pertumbuhan global melambat tajam dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi," terang Malpass.
Ia khawatir tren perlambatan ekonomi akan berlangsung dalam jangka panjang. Karena itu, Malpass mendesak seluruh negara untuk fokus meningkatkan produksi agar pasokan kembali melimpah, sehingga inflasi bisa ditekan.
Di sisi lain, Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut Indonesia menjadi titik terang saat ekonomi dunia suram. Hal tersebut diungkapkan oleh Managing Director IMF Kristalina Georgieva saat bertemu dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani. [tum]