WahanaNews.co | Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM langsung menyetop operasi PLTP Sorik Marapi di Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Hal itu merupakan buntut dari insiden kebocoran gas. Seperti diketahui semburan lumpur panas disertai bau menyengat menyebabkan 21 warga keracunan dan dilarikan ke rumah sakit.
Baca Juga:
Pertumbuhan Tinggi, Dirjen ESDM: Masalah Over Supply Listrik di Jawa-Bali Akan Teratasi
Oleh karena itu, operasi milik PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) itu pun disetop.
"(Kami) telah menerbitkan surat instruksi penghentian sementara kegiatan pengeboran dan uji alir sumur kepada SMGP dengan pertimbangan aspek keselamatan dan perlindungan lingkungan," ujar Direktur Panas Bumi/Kepala Inspektur Panas Bumi (KAIP) Harris, ditulis Selasa (26/4/2022).
Lebih lanjut, setelah mendapat laporan tersebut, Kementerian ESDM segera mengeluarkan 5 rekomendasi untuk penanganan dan membentuk Tim Investigasi Kementerian ESDM telah berada di lokasi untuk melakukan investigasi.
Baca Juga:
Tarif Listrik Triwulan IV Tidak Naik, PLN Jaga Pelayanan Listrik Tetap Andal
Harris mengatakan, penanganan saat ini difokuskan untuk memberikan perawatan yang optimal kepada korban yang terdampak paparan gas H2S. Saat ini kondisi kesehatan korban semakin membaik dan beberapa orang warga telah diizinkan pulang ke rumah.
"Kementerian ESDM akan mengambil langkah tegas untuk menegakkan peraturan K3LL panas bumi dalam rangka menciptakan pengusahaan panas bumi yang aman dan ramah lingkungan," ungkapnya.
Insiden semburan liar (blow out) terjadi pada 24 April 2022. Semburan itu itu diikuti dengan keluarnya gas H2S ketika berlangsung pengeboran sumur panas bumi T-12.
PLTP Sorik Marapi saat ini mengoperasikan 2 unit pembangkit dengan kapasitas pembangkitan 90 MW yang membantu meningkatkan keandalan jaringan transmisi ketenagalistrikan Sumatra Utara. Dalam rangka pengembangan PLTP Sorik Marapi Unit III, SMGP melakukan kegiatan pengeboran sumur panas bumi yang salah satunya sumur T-12 untuk penyediaan suplai uap PLTP Unit III.
Pengeboran sumur T-12 mulai dilaksanakan sejak tanggal 20 April 2022 dan direncanakan berlangsung selama 44 hari dengan target kedalaman 2.700 m. Ketika terjadi steam kick, kedalaman sumur baru mencapai 370 m dan belum mencapai zona reservoir sehingga memiliki kemungkinan kecil terjadinya steam kick.
Dari penelusuran terhadap data-data pengeboran, penyebab munculnya semburan liar diduga berasal dari sumur T-11 yang berjarak kurang lebih 7 meter dari sumur T-12. Tim Kementerian ESDM terus melakukan pendalaman untuk menemukan penyebab semburan liar tersebut.
Akibatnya, 19 orang warga masyarakat dan 2 orang kru pengeboran terpapar gas H2S yang keluar dari semburan liar. Dilaporkan, semburan secara bertahap mereda dan sumur telah dapat dikendalikan sepenuhnya per pukul 16.40 WIB di hari yang sama. [rsy]