WahanaNews.co, Tangerang - Kementerian Pekerjaan Umum terus mendorong partisipasi pelaku usaha jasa konstruksi nasional dalam percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Infrastruktur yang baik tidak hanya menjadi pondasi untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mempengaruhi kualitas hidup masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan efektivitas dan efisiensi.
Baca Juga:
Menteri PU dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bahas Program Pembangunan Infrastruktur 2025
“Efektivitas dan efisiensi, adalah dua elemen yang saling berkaitan dan sangat penting untuk mewujudkan sektor konstruksi yang agile dan adaptive,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Konstruksi Kementerian PUPR Abdul Muis saat membuka talk show bersama BUMN Karya pada acara Konstruksi Indonesia 2024 di ICE BSD, Rabu (6/11/2024).
Menurut Abdul Muis, sektor konstruksi yang agile merupakan sektor yang mampu merespons dan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan dan kondisi pasar. Sementara sektor konstruksi yang adaptive adalah sektor yang dapat belajar dari pengalaman sebelumnya dan berinovasi untuk menghadapi tantangan baru.
“Langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperkuat peran strategis pelaku usaha jasa konstruksi dalam mendukung pembangunan infrastruktur yang agile dan adaptive antara lain perlu memahami bahwa infrastruktur bukan hanya tentang membangun jalan, jembatan, atau gedung-gedung, tetapi juga meliputi aspek sosial dan lingkungan, sehingga dalam pelaksanaannya juga harus mempertimbangkan aspek-aspek itu” kata Abdul Muis.
Baca Juga:
Tinjau Bendung Karangtalun, Menteri Dody Optimalkan Infrastruktur Irigasi untuk Dukung Ketahanan Pangan
Abdul Muis menambahkan strategi dalam mendukung pembangunan infrastruktur yang agile dan adaptive juga harus mencakup partisipasi aktif masyarakat. Kolaborasi dan gotong royong elemen masyarakat harus dilibatkan dalam setiap tahap pembangunan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan.
“Dengan melibatkan masyarakat, kita dapat memastikan bahwa infrastruktur yang dibangun benar-benar memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Selain itu, partisipasi masyarakat juga akan meningkatkan rasa memiliki terhadap infrastruktur yang dibangun, sehingga masyarakat akan lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap infrastruktur yang dibangun,” ujar Abdul Muis.
Selanjutnya infrastruktur yang dibangun juga harus memenuhi prinsip keadilan sosial, memanfaatkan inovasi dan teknologi sebagai strategi pembangunan infrastruktur serta memprioritaskan keberlanjutan dalam pembangunan infrastruktur.
“Kita perlu merancang infrastruktur yang tidak hanya bermanfaat bagi generasi saat ini, tetapi juga bagi generasi yang akan datang. Ini termasuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti pemeliharaan, penggunaan sumber daya yang efisien, dan pengurangan emisi karbon,” kata Abdul Muis. Demikian dilansir dari laman pugoid, Jumat (8/11).
[Redaktur: JP Sianturi]