WahanaNews.co | Korsel dilaporkan menanggung kerugian besar, lantaran hingga saat ini Indonesia belum juga membayar kontrak pengadaan 3 kapal selam baru tahap kedua.
Indonesia malah kini erat dengan Prancis untuk pengembangan kapal selam lebih canggih yaitu kapal selam scorpene.
Baca Juga:
KPK Ungkap Soal Kasus PT Jembatan Nusantara dan ASDP yang Rugikan Negara
Rencana Indonesia memproduksi bersama kapal selam kelas Scorpene class Prancis di PT PAL Indonesia mulai makin ada titik terang. Semenjak Dirut PT PAL Kaharuddin Djenod dan CEO Naval Group Pierre Eric Pommellet setelah menandatangani MoU kerja sama kapal selam Februari 2022, ternyata delegasi Naval Group produsen kapal selam Scorpene sudah sering datang ke PT PAL.
SEVP Transformation Management PT PAL Indonesia Satriyo Bintoro menerima kunjungan delegasi Angkatan Laut beserta Atase Pertahanan Prancis, yang dipimpin oleh Vice Admiral Christophe Lucas selaku Deputy Chief of French Naval Staff for International Relations di PT PAL Indonesia.
Satriyo Bintoro menekankan, hubungan bilateral akan semakin menguat sekaligus memperluas kerjasama khususnya bidang pertahanan matra laut antara PT PAL Indonesia dengan industri pertahanan Prancis.
Baca Juga:
Tim Sar Dikerahkan Cari Kapal Angkut Wisatawan Dilaporkan Tenggelam di Takalar Sulsel
Apakah peralihan ke Scorpene karena Indonesia kurang puas dengan kapal selam Korsel? Namun, kenyataannya saat ini Korsel seolah menagih ke Indonesia untuk komitmen pemesanan kapal selam tahap II.
Produsen kapal selam DSME memenangkan pembuatan kedua kapal selam dari Indonesia pada tahun 2019, menyusul keberhasilan pengiriman kapal selam pertama ke Indonesia sebanyak 3 unit, satu di antaranya digarap di PT PAL Indonesia, Surabaya.
Dilansir dari Business Korea, Politisi dari Korea Selatan, Kang Min-kuk mengatakan pada 18 Agustus 2022 bahwa DSME buru-buru memesan fasilitas kapal selam inti seharga 80 miliar won, meskipun kontrak tidak berlaku
Pihak Indonesia bahkan tidak mentransfer uang muka, apalagi membuat kontrak. DSME melakukan pemesanan suku cadang kapal selam tanpa menerima uang muka.
Biasanya, kontrak utama diselesaikan dalam keadaan seperti itu, jadi tidak ada masalah bagi pembuat kapal, tapi kali ini lain ceritanya.
Pihak Indonesia menunda pemberlakuan kontrak, sehingga DSME harus menyediakan biaya untuk seluruh biaya terkait proyek ini.
Pengamat industri memiliki dua pendapat berbeda tentang situasi ini. Beberapa mengatakan bahwa itu adalah pilihan yang tidak dapat dihindari untuk DSME, sementara yang lain mengatakan bahwa DSME seharusnya lebih berhati-hati.
Sementara itu, DSME menjelaskan pihaknya menilai sudah menjalin hubungan saling percaya dengan pemerintah Indonesia yang sudah dua kali menerima kapal selam dari DSME. Masalahnya, uang muka itu tertunda karena teka-teki politik dan militer yang rumit di Indonesia.
"Kami menandatangani kontrak pembuatan kapal untuk tiga kapal selam pada April 2019, dan memang benar kami telah memesan beberapa bahan sebelumnya dan kontrak itu belum berlaku. Namun, pra-pemesanan terjadi untuk memenuhi tenggat waktu pasokan ketika perusahaan memilih untuk menerima peralatan tepat waktu," tulis DSME dalam keterangan resmi dilansir dari Naval News.
"Tidak dapat dihindari bahwa kami harus memesan di muka untuk memenuhi batas waktu pengiriman yang telah ditandatangani. Pemerintah Indonesia belum menginformasikan atau mempertimbangkan pembatalan kontrak pembuatan kapal, artinya tidak benar DSME tidak mempersiapkan kemungkinan pembatalan kontrak. Karena DSME terus melakukan pembicaraan dengan Indonesia untuk melihat kontrak mulai berlaku dan melakukan yang terbaik untuk memenangkan kontrak baru, media harus berhati-hati dalam melaporkan," lanjutnya.
Selama lebih dari tiga tahun, pemerintah Indonesia tidak juga memberlakukan kontrak pengadaan tahap kedua kapal selam Changbogo class.
Dilansir dari Business Korea, Politisi dari Korea Selatan, Kang Min-kuk mengatakan pada 18 Agustus 2022 bahwa DSME buru-buru memesan fasilitas kapal selam inti seharga 80 miliar won, meskipun kontrak tidak berlaku. Kang mendukung pernyataannya dengan data dari Bank Pembangunan Korea.
Kapal Selam Ketiga Korsel Sudah Diterima Prabowo
Indonesia menambah alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk memperbarui kekuatan 'hantu laut' atau Marinir Angkatan Laut. Satu kapal selam hasil kolaborasi Korea Selatan-Indonesia bernama Alugoro-405 resmi akan beroperasi.
PT PAL Indonesia (Persero) sebagai galangan yang membuat kapal selam ini resmi menyerahkannya kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Rabu (17/3/21).
"Kita sadari bersama betapa pentingnya pertahanan kita. Kita sedang membangun kemampuan pertahanan kita. Bukan karena kita ingin gagah-gagahan. Bukan karena kita ingin mengancam siapapun. Tidak. Berkali-kali, turun temurun dari pendiri bangsa kita, kita tegaskan bahwa bangsa Indonesia cinta damai tapi lebih cinta kemerdekaan," ujar Prabowo. [qnt]