WAHANANEWS.CO, Jakarta - Penanaman 1.010 bibit kopi Liberika di Sepaku, kawasan Ibu Kota Nusantara, berubah menjadi momen strategis ketika Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, menyebut komoditas ini sebagai “emas hijau baru” Kalimantan Timur yang berpotensi menembus pasar dunia.
Pada Jumat (10/10/2025), Basuki mengungkapkan bahwa kopi Liberika lokal bahkan sudah diminati pasar luar negeri dengan permintaan mencapai 20 kontainer dari Qatar, angka yang dinilainya fantastis dan mencerminkan keunikan cita rasa kopi ini.
Baca Juga:
Satu Tahun Prabowo-Gibran, Mesin Ekonomi Nasional Diklaim Melaju Stabil
Basuki yang hadir bersama Ketua Komunitas Petani Kopi Liberika Sepaku, Sugiman, menjelaskan bahwa gerakan ini mendapat dukungan langsung dari Bank Indonesia untuk menggerakkan ekonomi sektor hulu melalui komoditas khas daerah daripada hanya mengandalkan sektor industri besar.
Inisiatif ini menjadi langkah menghidupkan kembali kejayaan Liberika yang ditanam sejak 1981 di Sepaku, namun belakangan mulai terlupakan karena masyarakat lebih familiar dengan jenis Arabika dan Robusta.
Sugiman menegaskan bahwa keunggulan Liberika terletak pada ketahanannya menghadapi cuaca ekstrem, kondisi tanah yang bervariasi, serta tahan terhadap penyakit tanaman yang kerap menyerang varietas lain.
Baca Juga:
Motor Diseruduk Truk yang Salah Jalur, Tiga Bersaudara di Taput Tewas Seketika
Basuki menyambut klaim tersebut dengan antusias dan menyebut bahwa Liberika memiliki karakter rasa yang unik karena berada di antara keasaman Arabika dan kekuatan rasa Robusta sehingga cocok untuk selera pasar internasional.
Basuki menambahkan bahwa Otorita IKN menyiapkan lahan seluas 2.000 hektare untuk ditanami kopi Liberika dan telah beberapa kali menggandeng komunitas petani untuk memperkuat identitas kopi lokal ini sebagai produk unggulan Kalimantan Timur.
Sugiman mengakui bahwa tingginya permintaan pasar belum diiringi kemampuan produksi karena saat ini komunitas hanya mampu menghasilkan 5,1 ton kopi per tahun dari area seluas 17 hektare, jauh dari kapasitas satu kontainer yang setara 20 ton.
Permintaan ekspor dari Qatar yang mencapai 20 kontainer berarti ratusan kali lipat dari produksi tahunan, menggambarkan tingginya potensi dan posisi Liberika Sepaku di mata pembeli internasional.
Menurut Sugiman, jika dihitung dari nilai efektif dan siklus produksi, Liberika bahkan mengungguli kelapa sawit yang selama ini menjadi komoditas primadona Kalimantan Timur.
Sugiman menekankan bahwa ini bukan sekadar soal mengejar komoditas baru tetapi juga menjaga warisan leluhur sekaligus membangun branding tersendiri yang tidak bersaing dengan Arabika atau Robusta yang sudah jenuh di pasar global.
Untuk mempercepat produksi, komunitas petani bersama Otorita IKN mencanangkan gerakan tanam massal yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat agar Liberika tidak hanya tumbuh di lahan luas tetapi juga menyebar hingga ke pekarangan rumah warga.
Sugiman mengatakan bahwa setiap anggota Kelompok Wanita Tani dan Dasawisma diwajibkan menanam minimal 10 pohon sebagai bagian dari strategi memperluas lahan produksi secara organik berbasis partisipasi masyarakat.
Gerakan ini diyakini akan membuka sumber ekonomi baru bagi warga IKN dan Kalimantan Timur sekaligus memperkuat identitas Nusantara sebagai kota masa depan yang bertumpu pada kekuatan lokal yang bernilai global.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]