WahanaNews.co | Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) mengupayakan peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.
Kementan juga memaksimalkan dukungan pada program-program strategis.
Baca Juga:
Kementan Paparkan Tata Cara Pendaftaran dan Kriteria Jadi Anggota Brigade Swasembada Pangan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, menghargai International Fund for Food and Agriculture (IFAD), dalam upaya membangun pertanian melalui dukungan transformasi pedesaan yang inklusif. IFAD juga mendukung program nasional yang dilaksanakan Kementan, seperti meningkatkan produktivitas, akses pasar dan layanan keuangan bagi petani.
“Saya mengapresiasi dukungan dan fleksibilitas yang diberikan IFAD kepada manajemen program pertanian dalam melakukan penyesuaian implementasi kegiatan di lapangan, khususnya di masa pandemi COVID-19,” ungkap Mentan Syahrul.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, secara rinci menyebutkan Kementan telah bekerjasama dengan IFAD melaksanakan program IPDMIP, READSI, dan YESS.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Ajak KTT G20 Entaskan Kelaparan, Mentan Amran Gerak Cepat Bentuk Brigade Swasembada Pangan
"Kegiatan utama dari program tersebut antara lain, Digitalisasi pertanian melalui penguatan Kostratani di 5.733 BPP di seluruh Indonesia, dan Pembangunan petani pengusaha milenial," katanya.
Dedi menjelaskan, pengembangan SDM pertanian diarahkan pada peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk membentuk kepribadian yang mandiri bagi SDM pertanian.
"Serta memotivasi agar petani mampu meningkatkan kapasitas individu demi kemajuan usaha taninya," katanya.
Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) telah lama menjalin kerjasama dengan International Fund for Food and Agriculture (IFAD), dalam upaya membangun pertanian melalui dukungan transformasi pedesaan yang inklusif. Harapannya masyarakat pedesaan khususnya petani dapat menjalankan mata pencaharian yang berkelanjutan.
Dukungan program yang dilakukan Kementan terhadap hasil produksi Petani tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, namun juga memiliki potensi besar untuk dipasarkan secara lebih luas, sehingga secara ekonomi dapat mendorong peningkatan pendapatan petani.
Untuk mengawal program READSI kementrian lewat pengelola National Programme Management Office (NPMO) Kementerian Pertanian melakukan monitoring program Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling-Up Innitiative (READSI) bersama IFAD di Desa Langgea, Kecamatan Padangguni, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Turut hadiri pada kunjungan tersebut Kepala Dinas Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Konawe, Manajer READSI Kabupaten Konawe, Kepala Desa Langgea, Manajer PPSU, tim READSI Kabupaten Konawe, TA Kabupaten dan provinsi, kelompok tani dan KWT yang dilakukan di rumah ketua KWT Mandiri di desa Langgea, kec. Padangguni, beberapa waktu lalu.
Di desa Langgea terdapat 8 poktan yang terdiri dari 6 poktan READSI, 1 KWT, dan 1 poktan non-READSI
Pada kesempatan itu juga diadakannya diskusi bersama dengan kelompok untuk mengetahui progres dan manfaat yang didapatkan setelah mengikuti program READSI.
Salah satunya poktan Pambai Jaya dan Karya Bersama komoditi padi dimana kelompok ini sangat membutuhkan hand tractor di karenakan belum memilikinya, untuk menyewa alat tersebut terlalu tinggi untuk biaya produksinya.
Untuk memotong biaya pengeleuaran yang besar kelompok berupaya untuk mengusulkan Hand Tractor dalam program dana sharing READSI alat mesin pertanian berupa tractor 30% kelompok dan 70% program READSI sebesar 24 juta sebagai syarat untuk menerima bantuan tersebut.
Tenaga ahli pemberdayan provinsi Sulawesi Tenggara, Aisa Rauf, mengungkapkan banyak manfaat yang didapatkan antara lain dengan mengikuti SL (Sekolah Lapang).
KWT (Kelompok Wanita Tani) yang sebelumnya masih membeli sayuran sekarang semua pekarangan termanfaatkan dengan menanam sayuran dan hasilnya di samping di konsumsi sendiri sudah bisa juga dijual.
"Sementara kelompok padi sawah setelah mengikuti poktan menambah ilmu perawatan padi sawahnya, dan dari segi produksi sebelum mengikuti program READSI dalam 1 ha hanya menghasilkan 4 ton gabah. Sekarang sudah bisa mencapai 6 ton gabah,” tambah Aisa.
Yasir sebagai manager program READSI di Kabupaten Konawe menjelaskan, terus melakukan percepatan untuk alokasi anggaran pengadaan alsintan di karenakan petani sangat butuh untuk mengurangi biaya produksi agar petani untung.
"Untuk Tahun 2022 rencana kegiatan sudah disusun untuk mencapai realisasi 80%. Untuk Triwulan kedua serapan akan mencapai 3,7 M dari 8 M terutama untuk pengadaan alsintan,” ujar Yasir.
Kepala Dinas Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Konawe H. Gunawan Samad, SP mengatakan Program READSI sesuai dengan Visi misi Kabupaten Konawe yang mempuyai program utama yaitu Program Sejuta Padi, Sejuta Sapi Dan Seribu Kolam Ikan. Program READSI menyentuh petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani. [qnt]