WahanaNews.co | Harga gas alam berjangka di Amerika Serikat (AS) melonjak pada Senin (18/4) dan menyentuh rekor tertinggi dalam 14 tahun atau sejak 2008.
Hal itu karena Timur Laut bersiap menghadapi musim lebih dingin yang jarang terjadi pada April.
Baca Juga:
Sanksi Barat Tak Berguna, Rusia Jadi 'Raja Gas' untuk China
Badai salju atau yang dikenal sebagai Nor'easter memaksa jutaan keluarga meningkatkan panas dalam beberapa hari mendatang.
Hal itu menaikkan permintaan gas alam, cara yang sudah populer di AS untuk memanaskan suhu rumah mereka.
Dilansir dari CNN, Selasa (19/4/2022), gas alam berjangka melonjak 9% menjadi US$ 7,96 per juta British thermal unit (BTU) dalam perdagangan baru-baru ini.
Baca Juga:
SKK Migas: Temuan Harta Karun di Pulau Seram Maluku
Nilai itu tertinggi sejak September 2008 dan terjadi setelah gas alam melonjak 16% minggu lalu.
Lonjakan gas alam ini akan menambah tekanan inflasi di AS yang sudah bergulat dengan harga rumah yang menyentuh rekor tertinggi selama 40 tahun.
Lonjakan gas alam mencerminkan ekspektasi permintaan yang lebih tinggi karena suhu dingin yang tidak sesuai musim dan persediaan gas alam di bawah rata-rata AS.
"Sebagian besar cuaca dingin dan menyedihkan," kata Wakil Presiden Energi Berjangka di Mizuho Securities, Robert Yawger.
Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tampaknya tidak menjadi pendorong utama situasi penawaran-permintaan untuk gas alam.
AS telah memaksimalkan jumlah gas alam cair (LNG) yang dapat dikirim ke Eropa ketika mencoba untuk menghentikan energi Rusia.
Beberapa analis percaya lonjakan gas alam ini relatif tidak akan berlangsung lama.
"Mereka tidak akan tetap setinggi ini selamanya," kata Manajer Portofolio Tortoise, Thummel. [qnt]