WahanaNews.co | Pemerintah Indonesia telah adopsi program transisi energy yang sejalan dengan tujuan Kesepakatan Paris untuk kurangi emisi gas rumah kaca dalam negeri sebesar 314 juta ton karbon dioksida ekuivalen pada tahun 2030.
Kebutuhan energi primer yang akan terus tumbuh seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi menjadikan gas alam sebagai jembatan transisi sebelum energi terbarukan mencapai porsi 100 persen pada pembangkit listrik.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Gas alam berfungsi sebagai bahan bakar pengganti untuk energi terbarukan yang intermiten dan pemenuhan kebutuhan domestik.
Melalui forum kerja sama multilateral G20, Pemerintah Indonesia mendorong peningkatan peran gas alam selama program transisi energi berlangsung guna mencapai keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan energi yang terus meningkat dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan peran gas alam selama proses transisi energi sangat penting mengingat sumber daya gas alam masih sangat besar dengan infrastruktur yang sudah berkembang, permintaan meningkat, dan faktor emisi karbonnya yang lebih rendah.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Berdasarkan data The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Badan PBB untuk menilai ilmu terkait perubahan iklim, gas alam hanya menghasilkan 469 gram karbon dioksida per kilowatt jam (kWh). Angka emisi itu lebih rendah dibandingkan batu bara yang mencapai 1.001 gram karbon dioksida per kWh dan minyak bumi sebesar 840 gram karbon dioksida per kWh.
"Investasi dalam proyek gas alam perlu ditingkatkan secara global untuk mendorong penggunaan gas alam yang lebih besar," kata Tutuka dalam rangkaian acara G20 bertajuk peningkatan peran gas dalam transisi energi di Jakarta pada pertengahan Mei 2022.
Pemerintah Indonesia menyakini bahwa kerja sama internasional termasuk melalui forum G20 akan berkontribusi besar dalam meningkatkan peran gas alam untuk mendukung pencapaian target netralitas karbon.