WahanaNews.co | Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan berkomitmen merespons setiap keluhan perusahaan dan petani untuk memastikan perdagangan berjalan dengan baik.
Jika perusahaan dan petani maju dan sejahtera, pertumbuhan ekonomi nasional semakin baik dan negara
juga pasti maju.
Baca Juga:
Tinjau Pasar Prawirotaman, Mendag: Jelang Nataru, Harga Bapok Stabil dan Pasokan Terjaga
Demikian ditegaskan Mendag Zulkifli Hasan dalam rangkaian audiensi dengan petani tembakau di Kudus, Jawa Tengah dan Kediri, Jawa Timur, Rabu (2/8).
Rangkaian pertemuan tersebut digelar untuk mendengar aspirasi petani tembakau dan pelaku usaha di industri hasil tembakau.
Di lokasi Djarum Oasis Kretek Factory di Kudus, Jawa Tengah, Rabu pagi, Mendag Zulkifli Hasan menegaskan kepada para petani tembakau bahwa pemerintah akan selalu merespons cepat keluhan petani dan pelaku usaha. Menurutnya, respons cepat pemerintah dibutuhkan untuk memajukan usaha semua pemangku kepentingan.
Baca Juga:
Mendag Budi Sosialisasikan Permendag Perdagangan Antarpulau Terbaru
“Kalau ada petani atau perusahaan datang mengeluh, saya biasanya merespons dengan cepat. Kalau
perusahaan dan petani maju, negara pasti maju. Kalau perusahaannya maju, nanti dapat untung. Jika
untungnya banyak, nantinya akan membuat pabrik lagi. Jika membuat pabrik, akan menambah pegawai yang bekerja. Selain itu, perusahaan yang untung juga akan membayar pajak,” kata Mendag Zulkifli Hasan.
Kemitraan untuk Potong Mata Rantai
Mendag Zulkifli Hasan melanjutkan audiensi dengan para petani tembakau di Hotel Grand Surya, Kota
Kediri, Jawa Timur, Rabu siang.
Dalam audiensi tersebut, Mendag mengatakan bahwa Kementerian Perdagangan mendukung terciptanya kemitraan yang lebih erat antara petani tembakau dan industri hasil tembakau.
Hal ini untuk memastikan agar pasokan tembakau diserap dari petani tembakau lokal dengan harga yang wajar, sekaligus memotong mata rantai yang panjang dalam perdagangan tembakau.
“Misi kami datang kemari adalah membawa teman-teman petani tembakau dari Wonosobo dan
Temanggung untuk mendengar aspirasi mereka. Para petani ini mengeluhkan harga, terkait dengan
tengkulak dan semacamnya. Oleh karena itu, kami pertemukan para petani tembakau dengan industri
hasil tembakau agar didapatkan solusi bersama. Jika ada kekurangan, para petani juga minta dibina,” ungkap Mendag Zulkifli Hasan.
Salah satu keluhan petani adalah sisi permodalan. Ketiadaan permodalan yang memadai memaksa para petani tembakau untuk menggantungkan diri dari pinjaman rentenir.
“Petani itu juga ternyata sebagian besar memakai uang rentenir yang bunganya 10 persen per bulan. Bayangkan, berapa untungnya? Kapan untungnya? Hal itu nanti kita bantu. Daripada tengkulak, lebih baik ke bank. Bank BRI ada pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR), bunganya hanya setengah persen sebulan atau enam
persen setahun,” kata Mendag.
Industri tembakau nasional memiliki permasalahan mata rantai yang cukup panjang. Untuk menyesuaikan permintaan produsen, penilaian tembakau petani biasanya dilakukan oleh para intermediate trader seperti pengepul, kordinator petani, grader, maupun vendor.
Mendag berharap agar industri hasil tembakau dapat mengutamakan pasokan tembakau dalam negeri. Hal ini penting untuk mempertahankan ekosistem industri tembakau yang sifatnya padat karya. Menurutnya, industri hasil tembakau dapat terus menyerap tenaga kerja di dalam negeri.
“Kata kuncinya adalah kerja sama. Harus ada kerja sama yang baik antara petani dan industri. Jika ada masalah, cari jalan keluarnya bersama-sama. Itulah gunanya pemerintah, mempertemukan berbagai pihak untuk berembuk. Sehingga jika produksi bagus, harga juga akan bagus,” pungkas Mendag. [jp/jup]