WahanaNews.co | Cuaca panas sangat panas atau El Nino berpotensi menyebabkan kekeringan lahan pertanian 560.000-870.000 hektare (ha). Angka itu meningkat dibanding ketika cuaca normal, yakni 'hanya' 200.000 hektare yang kekeringan.
Hal itu dingkapkan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.
Baca Juga:
Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis: Wilayah RI Terdampak hingga Agustus 2024
"Sebagai informasi setiap kejadian El Nino ekstrem berpotensi menyebabkan kekeringan 560.000 sampai 870.000 hektare, sedangkan pada tahun normal hanya 200.000 hektare," bebernya, dalam forum rapat dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (13/6/2023).
El Nino, sebutnya, juga bisa menyebabkan kebakaran lahan pertanian, gagal panen, dan meningkatkan intensitas serangan hama penyakit tanaman. Syahrul mengungkap kekeringan ekstrem akibat El Nino juga berpotensi memicu terjadinya krisis pangan.
"Untuk itu perlu dilakukan antisipasi dalam upaya mengurangi dampak penurunan kapasitas produksi pangan," tuturnya.
Baca Juga:
BMKG Imbau Wilayah di Jawa Tengah Waspadai Kekeringan Saat Puncak Musim Kemarau
Adapun upaya yang dilakukan Kementan, pertama, identifikasi dan mapping lokasi pertanian yang akan terdampak kekeringan, kedua percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan.
Selain itu, Kementan akan meningkatkan ketersediaan mesin pertanian atau Alsintan untuk percepatan tanam, penyedia benih tanah ekkeringan, pengembangan pupuk organik, dukungan pembiayaan KUR dan asuransi pertanian.
Syahrul juga menjelaskan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak El Nino akan terjadi pada semester II-2023. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.