WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan akan tetap stabil dalam beberapa tahun ke depan, dengan kinerja yang menonjol di antara negara-negara G20.
Laporan Economic Outlook 2024 yang dirilis oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memperkirakan Indonesia hanya kalah dari India dalam hal laju pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga:
Peta Canggih Diluncurkan, Indonesia Bidik PDB Per Kapita US$12.000
Secara global, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) diproyeksikan meningkat sedikit menjadi 3,3% pada 2025 dan stabil pada tingkat tersebut hingga 2026.
Namun, di negara-negara ekonomi OECD, pertumbuhan diperkirakan lebih moderat, yakni sebesar 1,9% pada 2025-2026, lebih rendah dibandingkan periode sebelum pandemi.
Di negara-negara non-OECD, pertumbuhan agregat diproyeksikan stabil, dengan Asia berkembang tetap menjadi pendorong utama ekonomi global.
Baca Juga:
Defisit APBN 2025 Disepakati 2,29-2,82% PDB oleh Kemenkeu, PPN, BI, dan Banggar DPR
Inflasi yang terkendali, lapangan kerja yang stabil, serta kebijakan moneter yang lebih longgar akan menopang permintaan global.
Meski demikian, ketegangan geopolitik, terutama di Timur Tengah, berpotensi menjadi risiko besar.
Jika konflik di wilayah tersebut memengaruhi pasokan minyak, harga minyak global bisa melonjak tajam, memicu inflasi tinggi dan melemahkan pertumbuhan ekonomi.
Ketidakpastian perdagangan global juga meningkat akibat kebijakan proteksionis yang diterapkan sejumlah ekonomi utama.
Peningkatan pembatasan impor dapat mendorong kenaikan biaya produksi dan menekan daya beli konsumen.
Selain itu, ketidakpastian kebijakan moneter dan kerentanan sektor keuangan akibat tingginya utang dan menurunnya kualitas kredit turut menjadi ancaman yang dapat memengaruhi stabilitas pasar global.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
OECD memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia mencapai 5,1% pada 2024, 5,2% pada 2025, dan kembali ke 5,1% pada 2026.
Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga yang kuat, yang berkontribusi sekitar 53% terhadap total PDB, serta peningkatan investasi yang diperkirakan akan menguat dalam dua tahun ke depan.
Namun, target ini cukup berbeda dengan ambisi Presiden Prabowo Subianto yang menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8% selama masa jabatannya.
Dalam rencana lima tahunnya, Presiden menargetkan pertumbuhan sebesar 5,7% pada 2025, 6,4% pada 2026, 7% pada 2027, 7,5% pada 2028, dan 8% pada 2029.
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di G20, Indonesia mencatatkan kinerja pertumbuhan yang cukup tinggi, hanya kalah dari India yang diperkirakan tumbuh mendekati 7%.
Sementara itu, proyeksi untuk China, Rusia, dan Turki masing-masing berada di angka 4,9%, 3,9%, dan 3,5% pada 2024.
Tantangan Ekonomi Domestik
Inflasi utama di Indonesia diproyeksikan berada di kisaran 2,3% pada 2024 dan tetap stabil hingga 2026, sesuai dengan target bank sentral (1,5-3,5%).
Meski begitu, defisit neraca berjalan diperkirakan melebar akibat penurunan permintaan global terhadap komoditas, yang berpotensi menurunkan pendapatan fiskal.
Di paruh pertama 2024, konsumsi pemerintah meningkat tajam, terutama karena lonjakan subsidi menjelang pemilu.
Investasi menunjukkan pertumbuhan moderat, namun mulai menguat dalam beberapa bulan terakhir. Ekspor dan impor tumbuh pesat, sementara indikator pariwisata mendekati level tertinggi pra-pandemi.
Tingkat pengangguran juga turun menjadi 4,8% pada kuartal pertama 2024, lebih baik dibandingkan rata-rata sebelum pandemi.
Kepercayaan bisnis dan konsumen yang meningkat, pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi, serta suku bunga rendah diperkirakan akan mendukung permintaan domestik dan pertumbuhan ekonomi hingga 2026.
Meski demikian, surplus perdagangan diproyeksikan menyusut seiring peningkatan impor, sementara inflasi inti diperkirakan tetap berada di bawah 2,5% pada 2025-2026. [Sumber: CNBC Indonesia]
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]