"Jadi wajar saja galon polikarbonat jadi prioritas (untuk dipasangi label peringatan), karena berdasarkan hasil temuan BPA yang sudah ada," katanya.
Chalid menambahkan masyarakat awam sebenarnya tanpa disadari sudah biasa berinteraksi dengan bahan kimia BPA yang satu ini, mengingat penggunaannya luas dan digunakan untuk banyak hal dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga:
Bisnis AMDK Galon di Indonesia Dinilai Rugikan Konsumen
Sebagai informasi, BPA adalah senyawa kimia yang tidak berwarna dan multiguna. Senyawa ini bisa digunakan sebagai bahan baku penolong (aditif) untuk pengenyal dan pengeras pada produk, seperti cat. BPA juga digunakan sebagai bahan baku utama pada pelapis dalam kemasan kaleng untuk minuman atau makanan, dan pada pelapis kertas termal.
"(Selain itu ) BPA pun biasa digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan bijih polikarbonat (PC), sebagai bahan baku untuk berbagai produk jadi seperti kemasan galon air minum, kaca helm, kaca partisi dan atap bening," kata Chalid.
Chalid menuturkan, adanya BPA dengan kemasan pangan adalah letak persoalannya. Pasalnya, BPA berurusan langsung dengan kesehatan manusia. Itu terjadi karena banyaknya wadah kemasan seperti galon bekas pakai dan pelapis dalam makanan atau minuman kaleng yang digunakan.
Baca Juga:
Konsumen Wajib Tahu! Bahaya BPA Dalam Kemasan Plastik, dan 5 Dampak Buruknya Bagi Kesehatan
"BPA bisa terlepas karena peluruhan polikarbonat ke dalam air akibat suhu pada waktu tertentu," kata Chalid lagi.
Chalid memaparkan potensi mudahnya pelepasan BPA bisa terjadi pada banyak tahap pemrosesan kemasan galon air minum.
"BPA bisa terlepas karena suhu pada saat tahapan produksi," imbuhnya.