Sinergi dan koordinasi terkait pengendalian inflasi, kata dia, dilakukan oleh Bank Indonesia bersama-sama dengan pemerintah, termasuk dengan meningkatkan koordinasi dan sinergi dalam forum pengendalian inflasi pusat dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
Menurutnya inflasi kelompok volatile food mengalami kenaikan terutama akibat kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca.
Baca Juga:
Menteri Keuangan Terima Kunjungan President of Global Development Gates Foundation
Sementara itu, inflasi pada kelompok administered prices mengalami kenaikan dipengaruhi oleh kenaikan harga tiket angkutan udara.
Tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi global yang sangat tinggi tidak tertransmisikan ke dalam negeri pada administered price, harga minyak, gas, dan listrik.
"Ini merupakan hasil dari kebijakan pemerintah untuk mempertahankan harga jual energi di domestik melalui kenaikan subsidi listrik dan energi, BBM dan LPG, yang dialokasikan oleh APBN," ucap Sri Mulyani.
Baca Juga:
Indonesia Tunjukkan Ketahanan Ekonomi dan Komitmen Masa Depan pada Peluncuran Survei Ekonomi OECD 2024
Dengan langkah tersebut, Sri Mulyani membandingkan kondisi inflasi Indonesia dibandingkan negara-negara yang sekelompok atau selevel, seperti Thailand sebesar 7,7 persen, India sebesar tujuh persen, Filipina sebesar 6,1 persen.
"Maka inflasi Indonesia yang 4,94 persen (yoy) masih relatif moderat," ucapnya. [gun]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.