Penghentian pengiriman gandum selama lima bulan dari Ukraina yang merupakan negara pengekspor biji-bijian terbesar dunia telah berkontribusi pada melonjaknya harga pangan. Hal itu sangat memukul negara-negara termiskin di dunia. Keberangkatan kapal kargo Razoni akan membawa kelegaan bagi dunia.
"Hampir seluruh industri sudah mulai mempersiapkan dan relatif aman pada September-Oktober. Dan kita lihat dari Odessa, salah satu kapal (pengangkut) weed sudah jalan. Ini mudah-mudahan akan menurunkan tekanan terkait gandum," ujar Airlangga.
Baca Juga:
Sekda Sulbar Ajak Pemerintah Daerah Perkuat Sinergi Kendalikan Inflasi di Wilayah
Pemerintah sendiri, kata dia, juga turut menyiapkan subtitusinya, dengan pengembangan sorgum dalam bentuk prototipe di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Juga pengembangan tanaman sagu yang sedang didalami pemerintah.
Menurut Airlangga, diversifikasi dengan melakukan intensifikasi pasokan pangan juga terus didorong oleh pemerintah. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan rekayasa genetik jagung melalui skema sistem GMO (Genetically Modified Organism, modifikasi genetika) atau pun hibrida.
"Seperti dalam rapat internal dengan Presiden (Joko Widodo), untuk jagung ini kita panen per tonnya per hektare 5-6 ton dengan bibit biasa," jelasnya.
Baca Juga:
BPS Sulawesi Barat Catat Inflasi Bulan ke Bulan 0,33 Persen Akibat Kenaikan Harga
"Kemarin sudah minta Kementerian Pertanian untuk merubah regulasi agar bisa dibuka dengan GMO, dengan GMO bisa mencapai 12-13 ton per hektar. Dengan luasan yang sama, kapasitas produksi bisa meningkat dua kali. Ini langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk jaga inflasi," kata Airlangga lagi. [tum]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.