Selain itu, kepala eksekutif National Consumer Complaints Centre (NCCC) Datuk Indrani Thuraisingham mengatakan bahwa kasus ini dapat menjadi peringatan bagi para regulator, karena asosiasi ini sering menerima keluhan dari konsumen yang menyatakan bahwa mereka telah dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh CTOS untuk pembayaran yang terlewatkan serendah RM100.
"CCRIS (Central Credit Reference Information System) hanya melihat pinjaman resmi, seperti kredit perumahan dan kredit mobil, di mana bank-bank terlibat. Namun, terutama sekarang dengan adanya produk Beli Sekarang Bayar Nanti, hal ini tidak diperhitungkan oleh CCRIS. Oleh karena itu, bank lebih mengandalkan CTOS yang menangkap semua data ini untuk mendapatkan gambaran kredibilitas yang lebih menyeluruh," jelasnya.
Baca Juga:
Kapolri Dapat Gelar Panglima Gagah Pasukan Polis dari Kerajaan Malaysia
"Namun, masalahnya adalah CTOS tidak memperbarui informasi tersebut. Jika CTOS ingin memperluas cakupannya untuk memberikan skor kredit, harus ada semacam pengawasan dari Bank Negara untuk hal itu, dalam artian mereka harus memastikan informasi mereka diperbarui karena [jika tidak] akan sangat tidak adil bagi konsumen," katanya kepada The Edge.
Sistem Informasi Referensi Kredit Pusat, lebih dikenal dengan singkatannya CCRIS, dimiliki dan dioperasikan oleh Bank Negara Malaysia. Namun, agensi pelaporan kredit — seperti CTOS dan Biro Kredit — diatur oleh Kementerian Keuangan di bawah Kantor Registrar Agensi Pelaporan Kredit.
Menurut putusan yang bertanggal 7 Maret, Mahkamah Tinggi memerintahkan CDS untuk membayar pengusaha perempuan Suriati Mohd Yusuf sebesar RM200.000 sebagai ganti rugi, bersama dengan RM50.000 untuk biaya, untuk penilaian kredit negatif yang tidak akurat.
Baca Juga:
Pelaku Penyandera Bocah di Pospol Pejaten Mau Uang Tebusan dan Seorang Resedivis TPPO
Suriati mengklaim bahwa CDS telah memberinya penilaian kredit negatif berdasarkan informasi yang tidak akurat, yang mengakibatkan kerugian pribadi dan bisnis.
Pada istirahat siang hari Selasa, saham CTOS turun 30 sen atau 20,7% menjadi terendah dalam 20 bulan sebesar RM1,15. Counter tersebut melihat 134,22 juta saham diperdagangkan, menjadikannya saham kedua paling banyak diperdagangkan di Bursa. Pada harga RM1,15 per saham, nilai perusahaan adalah RM2,66 miliar.
Sistem Informasi Referensi Kredit Pusat, yang lebih dikenal dengan singkatan CCRIS, dimiliki dan dioperasikan oleh Bank Negara Malaysia.