WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dalam forum investasi yang digelar di Jakarta, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), bagian dari sovereign wealth fund Indonesia, membeberkan arah investasi strategisnya untuk paruh kedua tahun 2025.
Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menegaskan bahwa sektor mineral dan energi akan menjadi prioritas utama. Pernyataan ini disampaikan di hadapan investor dalam acara Pertamina Investor Day pada Rabu (17/7/2025).
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dukung Pembangunan PLTSa di 33 Kota, Ubah 70 Juta Ton Sampah Jadi 6.000 MW Listrik Per Tahun
“Mineral dan energi kemungkinan akan menjadi sektor yang akan kami eksekusi kesepakatannya untuk enam bulan ke depan,” ucap Stefanus.
Ia menjelaskan, fokus pada sektor mineral akan diarahkan untuk mendukung program hilirisasi nasional, yang bertujuan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia. Jenis mineral yang diprioritaskan mencakup nikel, aluminium, bauksit, dan tembaga.
Sementara itu, sektor energi akan mencakup berbagai subbidang strategis seperti energi baru dan terbarukan, minyak dan gas bumi, serta industri petrokimia. “Untuk sektor kedua ini (energi), penting bagi kami untuk berkolaborasi dengan Pertamina,” tambahnya.
Baca Juga:
Serius Mandiri Secara Energi, ALPERKLINAS Apresiasi Rencana Pemprov Bali Bangun PLTG dan PLTS Atap untuk Perkantoran dan Usaha
Lebih lanjut, Danantara juga telah meninjau sejumlah sektor lain yang berpotensi menjadi prioritas dalam dua hingga tiga tahun mendatang.
Fokus tersebut mencakup infrastruktur digital seperti pusat data (data center), sektor kesehatan nasional termasuk fasilitas pengolahan plasma darah dan jaringan rumah sakit, serta sektor jasa keuangan.
“Kemudian untuk jasa finansial, kemungkinan dalam 12 bulan ke depan kami akan fokus pada gagasan sekuritisasi untuk memperluas kapasitas perbankan dan layanan keuangan di Indonesia,” kata Stefanus.
Danantara juga menaruh perhatian pada sektor-sektor lain seperti infrastruktur umum, utilitas, properti, serta ketahanan pangan dan pertanian.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, menyampaikan tawaran proyek kepada investor.
“Akan ada kesempatan untuk berinteraksi dengan subholding Pertamina dan menjajaki kerja sama bisnis dalam 19 proyek senilai 9,25 miliar dolar AS,” ujarnya.
Total nilai proyek tersebut mencapai Rp150 triliun dan mencerminkan dua pilar utama Pertamina ke depan. Pilar pertama bertujuan memaksimalkan ketahanan energi nasional melalui penguatan sektor hulu, kilang, dan distribusi bahan bakar.
Sedangkan pilar kedua difokuskan pada transisi energi bersih dengan pengembangan biofuel, energi panas bumi, inovasi teknologi rendah karbon, serta peningkatan kapasitas produk kimia.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]