Jika dirinci, ada tiga industri utama yang menopang kenaikan konsumsi listrik hingga Agustus dengan pertumbuhan mencapai dua digit. Industri tekstil mencatatkan pertumbuhan mencapai 23,4%, kemudian industri besi dan baja dengan pertumbuhan 21,7% serta industri otomotif yang tumbuh 20,7%.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai target konsumsi listrik hingga 4,75% oleh PLN di tahun ini bisa saja tercapai melihat tren konsumsi listrik hingga semester I 2021. Pada semester I 2021 pertumbuhan listrik mencapai 4,89%.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Jadi sangat mungkin di semester II bisa mencapai 4,5% sehingga pertumbuhan tahunan mencapai 4,6% sampai 4,7%," kata Fabby, Minggu (19/9/2021).
Fabby menambahkan, sektor industri dan bisnis pun perlahan mulai pulih pada Agustus lalu. Menurutnya pertumbuhan yang terjadi bersifat rebound pasca terpangkas di akhir tahun lalu.
Aktivitas produksi (industri) yang mulai penuh seiring dengan mulai normalnya aktivitas perekonomian dan perdagangan dinilai bakal jadi faktor pendorong kenaikan konsumsi listrik hingga tutup tahun.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Dalam pemberitaan Kontan, untuk meningkatkan penjualan listrik, PLN akan fokus pada strategi mendorong permintaan melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi. Strategi intensifikasi dilakukan melalui bundling dan promo untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan.
Salah satu contohnya ialah promo tambah daya Super Merdeka Listrik. yaitu pemberian harga spesial sebesar Rp 202.100 untuk Biaya Penyambungan (BP) pada Layanan Tambah
Daya bagi Konsumen tegangan rendah 1 phasa daya 450 VA dan 900 VA di semua golongan tarif dengan pilihan daya akhir mulai daya 900 VA s.d. daya 5.500 VA.