WahanaNews.co, Nha Trang -Menindaklanjuti kunjungan kerja Presiden RI Joko Widodo di Vietnam pada bulan Januari lalu, Kedutaan Besar RI di Hanoi bersama Kementerian Luar Negeri Vietnam dan Pemerintah Provinsi Khanh Hoa menggelar acara “Meet Indonesia” yang sekaligus merupakan ajang pertemuan pemerintah dan pelaku bisnis antara Indonesia dan Vietnam untuk menjaring berbagai peluang kerja sama.
Selain saling berbagi informasi pembangunan sektor strategis, acara tersebut juga mempertemukan kemitraan bisnis pada sektor pertanian, perikanan, pariwisata, digital ekonomi, transisi energi, dan industri mutakhir.
Baca Juga:
Pelindungan Konsumen Sistem Pembayaran
Dalam pembicaraan bilateral antara Deputi Menteri Luar Negeri Vietnam Nguyen Minh Hang dengan Deputi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi di tengah acara yang diselenggarakan di Nha Trang, Kota Pesisir Provinsi Khanh Noa, Vietnam, pada Jumat (22/3) tersebut, terungkap bahwa Indonesia dan Vietnam berencana untuk memperkuat kemitraan ekonomi sektor strategis melalui penguasaan teknologi mutakhir.
Deputi Nguyen Min Hang menyampaikan bahwa peluang kemitraan ekonomi sektor strategis ini datang pada momen yang tepat menjelang perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Vietnam yang memiliki pondasi persahabatan yang kuat.
Sebagai sesama negara yang tengah berkembang pesat dan anggota ASEAN, Deputi Nguyen menilai banyak sekali kemiripan upaya Vietnam dengan Indonesia yang perlu dikolaborasikan untuk memanfaatkan peluang dari dinamika dunia saat ini, antara lain penguasaan teknologi di berbagai sektor.
Baca Juga:
Menuju Satu Dekade Memberi Manfaat, Pemerintah Terus Dorong KUR untuk Usaha Produktif
Dalam kesempatan itu, Deputi Nguyen juga mengucapkan selamat atas keberhasilan Indonesia dalam melaksanakan Pemilu dan dimulainya diskusi aksesi Indonesia ke OECD. Sebagai anggota G20 dan ASEAN, Nguyen menilai Indonesia adalah mitra yang strategis bagi Vietnam.
“Saya ingin sebuah dialog tingkat Deputi Menteri untuk membahas berbagai isu kemitraan ekonomi yang penting,” usul Deputi Nguyen.
Deputi Edi menyambut baik usulan Vietnam untuk memperkuat kemitraan ekonomi sektor strategis dan menyampaikan bahwa Indonesia tertarik dengan kemajuan investasi di bidang industri mutakhir Vietnam yang berkembang pesat, seperti mobil listrik, semikonduktor, teknologi telekomunikasi dan digital, selain teknologi pertanian dan perikanan.
Untuk itu penting bagi Indonesia bermitra melalui pengembangan riset dan pengembangan (R&D), pertukaran kesempatan kerja serta pelatihan bagi talenta digital dan enjiner serta saling mempermudah untuk membuka pintu investasi. “Sejak lama kami ingin membentuk sebuah forum kemitraan ekonomi strategis dengan Vietnam,” ungkap Deputi Edi.
Lebih lanjut, Deputi Edi menyampaikan telah menyerahkan konsep perjanjian kemitraan melalui jalur diplomatik dan berharap dapat segera disepakati. Perjanjian tersebut nantinya akan menjadi payung untuk mewadahi kerjasama ekonomi strategis dengan keluaran kongkrit, khususnya manfaat bagi para enjiner dan talenta digital untuk bersama-sama menguasai teknologi maju. Indonesia dan Vietnam sudah bermitra dalam beberapa forum selain ASEAN, seperti IPEF dan RCEP perlu memperkuat integrasi ekonomi di ASEAN.
Deputi Edi juga meminta bantuan Vietnam sebagai anggota Great Mekong Sub-region (GMS), yang menjadi wadah kerja sama sub-regional ASEAN di wilayah ASEAN kontinen, untuk berkomunikasi dengan mitra GMS lainnya. Indonesia berharap segera dilakukan dialog bersama yang lebih intensif antar GMS dengan forum sub-regional ASEAN lainnya, yakni Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT), Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).
Dialog ketiga forum sub-regional ASEAN tersebut diperlukan untuk konsolidasi pembangunan yang mempercepat integrasi ekonomi dan memperkuat ASEAN Centrality.
Inisiatif integrasi ketiga forum atau disingkat dengan B-I-G ASEAN bercita-cita untuk membangun konektivitas kawasan ASEAN Kontinen dengan Kepulauan yang memiliki keunggulan geografis, Selat Malaka, dan Selat Kalimantan-Sulawesi sebagai jalur pelayaran penting. Demikian dilansir dari laman ekongoid, Minggu (24/3).
[Redaktur: Alpredo Gultom]