WahanaNews.co | Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta jelang akhir pekan melemah, masih terdampak pernyataan hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).
Rupiah ditutup melemah 43 poin atau 0,27 persen ke posisi Rp15.738 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.695 per dolar AS.
Baca Juga:
Kinerja “Trump” Berada dalam Kelesuan di Tengah Menekan Rupiah, Dolar AS Kukuh di Atas 16.300
"Pasar mempertimbangkan pernyataan yang cenderung hawkish dari Ketua The Fed Jerome Powell serta memanasnya ketegangan geopolitik," kata Analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.
Dolar AS menguat khususnya setelah The Fed memberi sinyal suku bunga akan mencapai level puncaknya di atas yang diperkirakan investor saat ini.
Sentimen lain yang mendukung penguatan dolar AS adalah perilisan data klaim awal tunjangan pengangguran AS yang dirilis semalam yang menunjukkan jumlah klaim baru oleh orang Amerika untuk tunjangan pengangguran sebesar 217.000 klaim untuk tingkat mingguan yang berakhir 29 Oktober, lebih rendah dari perkiraan pasar untuk sebesar 220.000 klaim.
Baca Juga:
Heboh Dollar AS ‘Anjlok’ Jadi Rp8.170 di Google, Ini Klarifikasi Google dan BI
Selain itu penguatan dolar AS juga pulih dari permintaan aset safe haven yang likuid, dibalik ketegangan geopolitik yang melibatkan Korea Utara dan Rusia, serta kembali memburuknya penyebaran virus COVID-19 di China.
Selanjutnya, kata dia, pelaku pasar pada hari ini akan mencari petunjuk dari data tenaga kerja AS untuk indikator kebijakan The Fed pada masa depan.
Pada hari ini fokus pasar akan tertuju ke rilis data ekonomi AS seperti average hourly earnings, non farm rmployment change, dan unemployment rate pada pukul 19:30 WIB malam nanti.