WahanaNews.co | Usai gejolak harga minyak goreng, masyarakat kini harus bersiap menghadapi kenaikan harga tahu dan tempe, yang dipicu naiknya harga komoditas kedelai di pasar internasional.
“Saya mengimbau masyarakat luas untuk memahami kondisi yang terjadi, karena kebutuhan tahu tempe dalam bulan-bulan mendatang ini harga akan menyesuaikan dengan kenaikan harga kedelai,” kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Oke Nurwan, melalui keterangan pers mengenai kenaikan harga kedelai, Jumat (11/2/2022).
Baca Juga:
Harga Kacang Kedelai Meroket, Pengrajin Tahu Rumahan Terancam Bangkrut
Menurut Oke, saat ini harga kedelai di pasar dunia sebesar US$15,77 / bushel sehingga di tingkat importir harga jual kedelai sekira Rp11 240 kg.
Kenaikan harga kedelai ini diperkirakan akan mencapai puncaknya di bulan Mei 2020 dengan harga mencapai US$15,79 / bushel, dan baru akan turun lagi di bulan Juli dengan harga di kisaran US$15,74/bushel.
Karena kenaikan harga kedelai tersebut, harga kedelai di tingkat perajin tahu tempe juga naik dan saat ini harganya sudah mencapai Rp11.500/kg.
Baca Juga:
Diva Indonesia Kris Dayanti Ternyata Doyan Ubi Cilembu
Dalam kondisi normal, menurut Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin, harga kedelai di tingkat perajin tempe dan tahu hanya sebesar Rp8.000/kg.
“Kenaikan harga kedelai ini mulai terasa sejak Desember 2021 hingga sekarang. Sehingga para perajin tempe tahu terpaksa menyesuaikan harga jualnya untuk tempe sebesar 10.300 -10.600 rupiah per kilogram, dan untuk tahu menjadi 650-700 rupiah per potong. Dengan harga sebesar ini, perajin hampir tidak mendapatkan untung,” ujar Aip.
Dalam kondisi seperti ini, tambah Aip, perajin tempe-tahu meminta pemerintah agar dapat menjaga stabilitas harga kedelai paling tidak secara bulanan, agar harga kedelai tidak naik setiap hari yang membuat para perajin kesulitan menyesuaikan biaya produksinya.