WahanaNews.co, Jakarta - Siapa sangka perusahaan Sritex yang begitu besar tenggelam karena tertimbun utang.
Dilansir Sabtu, (16/8/2023) dari CNBC Indonesia, pada bulam maret lalu menurunkan laporan "Sritex Mulai Karam Ditelan Utang".
Baca Juga:
Instruksi Tegas Presiden Prabowo: Tak Ada PHK di Sritex Meski Dinyatakan Pailit!
Dalam laporan tersebut terungkap kalau hingga September 2022, total liabilitas SRIL tercatat US$1,6 miliar atau setara dengan Rp24,66 triliun (kurs=Rp15.500/US$). Jumlah tersebut didominasi oleh utang-utang yang memiliki bunga seperti utang bank dan obligasi.
Terbaru, SRIL mengalami pembengkakan rugi yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar 30,74% pada paruh pertama tahun 2023.
Merujuk pada laporan keuangannya, rugi per Juni 2023 emiten milik konglomerat Iwan Lukminto ini tercatat sebesar US$ 78,72 juta atau setara Rp 1,2 triliun (Rp15,342/US$). Sementara pada periode yang sama tahun lalu, perseroan membukukan rugi sebesar US$ 60,21 juta.
Baca Juga:
Yorrys Raweyai Dukung Langkah Pemerintah Selamatkan Sritex dari Kebangkrutan
Sritex merupakan perusahaan besar yang menguasai industri tekstil di Indonesia. Dia sudah berdiri lebih dari 50 tahun sebelum akhirnya dihantam badai utang.
Lantas siapa pendiri Sritex?
Sejarah perusahaan Sritex tidak bisa terlepas dari sosok pendirinya, yaitu Haji Muhammad Lukminto (H.M Lukminto). Lukminto alias Le Djie Shin adalah peranakan Tionghoa yang lahir pada 1 Juni 1946. Dia memulai karir sebagai pedagang dengan berjualan tekstil di Solo sejak usia 20-an.